THIS TOPIC BOX Ketik Topic Disini Contoh DZIKIR atau MAKAN

Translate

Tuesday 4 August 2015

Zakat Fithri

Hari raya Idul Fithri

CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT 

Saat berakhirnya bulan Romadhon, kaum muslimin akan menunaikan sebuah kewajiban besar berupa zakat fithri. Menunaikan zakat fithri ini termasuk rukun-rukun Islam yang lima. Karena demikian penting masalah zakat ini, tidak sepatutnya bila kaum muslimin tidak memahami hukum-hukum zakat fithri ini. Tulisan berikut semoga memberikan andil yang mencukupi buat bekal saudara-saudara kaum muslimin dalam menunaikan kewajiban berzakat fithri yang baik dan benar.

Hukum Zakat Fithri
Zakat fithri wajib bagi semua kaum muslimin berdasarkan hadits Ibnu Umar rodhiallohuanhuma:
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ n صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam mewajibkan shadaqah fithri berupa satu sha’ gandum atau kurma terhadap anak kecil, dewasa, merdeka, dan budak. (HR. Bukhari 1503, Muslim 974, Tirmidzi 670)
Hikmah Zakat Fithri
Hikmah dari zakat fithri adalah sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas rodhiallohuanhuma ia berkata:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللَّهِ n زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan keji, dan untuk makanan bagi orang miskin. (Hadits hasan riwayat Abu Dawud 1594 dan Ibnu Majah 1827)
Asy-Syaikh Abdullah Alu Bassam mengatakan: “Hikmah dan rahasia disyariatkannya zakat fithri adalah untuk menyucikan orang-orang yang berpuasa dari perkataan keji yang kadang terjadi terhadap istrinya atau orang lain. Hikmah yang lain adalah untuk persamaan antara orang berpunya dengan orang-orang fakir dan miskin. Pemberian makanan kepada mereka pada hari itu –seharusnya hal ini dilakukan oleh orang muslim– agar tidak didapati di kalangan mereka orang yang kelaparan dan sengsara sehingga menghalangi mereka untuk bergembira dan bersuka ria bersama saudaranya.” (Taudhihul Ahkam 3/80).
Yang Berkewajiban Mengeluarkan Zakat
Zakat fithri merupakan zakat jiwa, setiap individu kaum muslimin wajib menunaikannya, baik laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak, kecil atau dewasa. Berlandaskan hadits Ibnu Umar rodhiallohuanhuma yang diriwayatkan oleh Bukhari (1503) di atas dan hadits yang diriwayatkan oleh Nasai berikut:
فَرَضَ رَسُولَ اللَّهِ n زَكَاةَ رَمَضَانَ عَلَى الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى صَاعاً مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ فَعَدَلَ النَّاسُ بِهِ نِصْفُ صَاعٍ مِنْ بُرٍّ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat Ramadhan kepada orang merdeka, budak, laki-laki, dan wanita berupa satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum, lalu manusia menyetarakannya dengan setengah sha’ tepung gandum. (Shahih, HR. Nasai 2499 dan lainnya)
Bagi yang mempunyai keluarga atau tanggungan maka wajib untuk menzakatinya, seperti istrinya, anaknya, dan budaknya. Seperti diriwayatkan dari Ibnu Umar rodhiallohuanhuma:
أَمَرَ رَسُوْلُ اللَّهِ n بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ وَاْلحُرِّ وَالْعَبْدِ مِمَّنْ تَمُوْنُوْنَ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengeluarkan shadaqah fithri kepada anak kecil, dewasa, orang yang merdeka, budak dari orang-orang yang berada dalam tanggungan kalian. (Hasan, HR. Daruquthni 2/141, Baihaqi 4/161, Ibnu Abi Syaibah 4/37; sebagaimana dalam Shifat Shaum Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, Ali Hasan dan Salim al-Hilali, hal. 105)
Imam Nawawi berkata dalam Syarah Muslimnya, bahwa kepala keluarga menanggung zakat fithri keluarganya. Bahkan menurut Imam Malik, asy-Syafi’i, dan jumhur: “Suami wajib membayarkan zakat istrinya karena diikutkan pada nafkah.” (Syarah Muslim 7/50)
Telah disinggung di muka bahwa zakat fithri merupakan zakat perindividu, termasuk juga orang-orang miskin –yakni orang miskin yang memiliki kelebihan makanan untuk dirinya dan keluarganya pada hari raya–. Jika tidak memiliki kelebihan maka tidak wajib menunaikannya. Ini adalah pendapat yang benar karena nash-nash yang ada adalah mutlak tidak dikhususkan bagi orang kaya atau miskin saja.
Yang Berhak Menerima Zakat
Yang berhak menerima zakat fithri adalah orang-orang miskin saja. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas rodhiallohuanhuma yang berkata:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللَّهِ n زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan keji, dan untuk makanan bagi orang miskin. (Hadits hasan riwayat Abu Dawud 1594 dan Ibnu Majah 1827)
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: “Dan termasuk petunjuk Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam; zakat fithri khusus diberikan kepada orang-orang miskin, bukan kepada delapan golongan dan beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan untuk memberikan kepada delapan golongan tersebut. Juga tidak ada satu pun dari sahabat yang melakukannya, demikian pula orang setelah mereka. Dan salah satu pendapat dari dua pendapat dalam madzhab kami ialah bahwasanya zakat fithri tidak boleh diberikan kecuali kepada orang-orang miskin. Pendapat ini lebih rojih (kuat) daripada pendapat yang membolehkan pembagian zakat fithri kepada delapan golongan.” (Zadul Ma’ad 2/22)
Lebih lanjut Al-Muhaddits al-Albani dalam Tamamul Minnah (hal. 387) menegaskan: “Tidak ada dalam sunnah amaliyah (secara praktek) yang membuktikan hal itu (zakat fithri dibagikan kepada delapan golongan). Bahkan sabda Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu Abbas rodhiallohuanhuma: وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ (… dan untuk makanan bagi orang miskin); ini merupakan pembatasan bahwa zakat fithri hanya diberikan kepada kaum miskin. Adapun ayat yang disebutkan (QS at-Taubah [9]: 60) itu adalah berkenaan dengan shadaqah harta (zakat mal) bukan shadaqah fithri, hal ini dibuktikan oleh ayat sebelumnya…”
Bentuk Zakat
Berupa makanan pokok semisal kurma, gandum, beras, dan selainnya/ Hal ini berdasarkan hadits Abu Said al-Khudri rodhiallohuanhu:
كُنَّا نُخرِْجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ، أوْ صَاعًا مِنْ َشعِيْرٍ، أوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ، أوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ، أوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ
Kami mengeluarkan zakat fithri satu sho’ makanan, satu sho’ gandum, satu sho’ kurma, satu sho’ keju, atau satu sho’ kismis (anggur kering).” (HR. Bukhari 1506 dan Muslim 985)
Pada riwayat Muslim disebutkan:
Sehingga datang Muawiyah bin Abu Sufyan rodhiallohuanhu untuk berhaji atau umrah, dia berbicara kepada manusia di atas mimbar, di antara pembicaraannya: “Saya berpendapat bahwa dua mud gandum Syam sepadan dengan satu sho’ kurma.” Manusia banyak mengikuti pendapatnya. Namun Abu Said al-Khudri rodhiallohuanhu mengatakan:
فَأَمَّا أَنَا فَلاَ أَزَالُ أُخْرِجُهُ كَمَا كُنْتُ أُخْرِجُهُ أَبَدًا مَا عِشْتُ
Adapun saya akan selalu mengeluarkan zakat fithri sebagaimana saya dulu mengeluarkannya pada zaman Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam  selama saya masih hidup.”
Waktu Mengeluarkannya
Ibnu Abbas rodhiallohuanhuma menuturkan bahwa Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Siapa yang menunaikan sebelum sholat (`Ied) maka itulah shadaqah (zakat fithri) yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah sholat maka dia adalah shadaqah biasa.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud 1609 dan Ibnu Majah 1854)
Dalam riwayat lain Ibnu Umar rodhiallohuanhuma menuturkan:
وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar zakat fithri ditunaikan sebelum manusia keluar untuk melaksanakan sholat hari raya.” (HR. Bukhari 1503)
Juga dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas rodhiallohuanhuma menjelaskan amaliyah (praktik) Ibnu Umar rodhiallohuanhuma dalam membayarkan zakat fithri dengan mengatakan: “Dan adalah Ibnu Umar menunaikan zakat fithri sehari atau dua hari sebelum hari raya.” (Shahih Sunan Abu Dawud 1610 oleh al-Albani)
Berdasarkan hadits-hadits tersebut maka zakat fithri tidak boleh ditunaikan setelah dilaksanakannya sholat `Ied. Dan apabila dibayarkan sebelum hari raya, maka hanya boleh dilakukan satu atau dua hari sebelumnya seperti yang dilakukan Ibnu Umar rodhiallohuanhuma. Karena perowi hadits –yaitu Ibnu Umar rodhiallohuanhuma– tentu lebih mengetahui apa yang diriwayatkannya –yaitu hadits riwayat Bukhori di atas. (Shifat Shaum Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, Ali Hasan dan Salim al-Hilali, hal. 106-107)
Al-Allamah Ibnu Baz berkata: “Wajib menunaikan zakat fithri sebelum sholat `Ied. Bila lupa boleh ditunaikan setelah sholat. Namun tidak boleh menyengaja hingga selesai sholat, menurut pendapat ulama yang rojih (kuat). Sebab Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk menunaikannya sebelum sholat.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 5/101)
Amil Dalam Zakat Fithri
Termasuk sunnah dalam zakat fithri adalah dibentuknya amil yang mengumpulkan dan menjaga zakat fithri. Berdasarkan hadits Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam dari jalan Abu Hurairah rodhiallohuanhu:
وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ n بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam menugaskan saya untuk mengurusi zakat Ramadhan.” (HR.Bukhari 3275)
Ibnu Umar rodhiallohuanhuma memberikan zakat Ramadhan (zakat fithri) kepada panitia yaitu para amil yang ditunjuk oleh imam untuk mengumpulkan zakat. Waktunya sehari atau dua hari sebelum hari raya `Iedul Fithri. (HR. Ibnu Khuzaimah 4/83, sebagaimana dalam Shifat Shaum Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam hal. 106)

CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT 



<<<HALAMAN SEBELUMNYA SOLUSI PARA PENUNGGAK ZAKAT

HALAMAN BERIKUTNYA 8 GOLONGAN ORANG YANG BERHAK  MENERIMA ZAKAT>>>

0 komentar:

Post a Comment