THIS TOPIC BOX Ketik Topic Disini Contoh DZIKIR atau MAKAN

Translate

Wednesday 2 December 2015

Tauhid, Apakah itu Tauhid

  • Assalamualaikum http://learnfiqih.blogspot.com
  • Saat malam tanpa sengaja TV mengarah pada satu Acara bejualan Kalung dengan Lafadz Allah yang di peragakan oleh wanita yang tidak menjaga aurat. Dan acara menyanyi Dangdut dengan gerakan yang tidak selayaknya wanita seperti itu, yang memang di akhir zaman ini menyanyi dengan tarian (goyangan) seperti itu malah sesungguhnya masuk dalam katagori erotis (contoh : Goyang Itik). Mengerikannya diakhir zaman ini mereka mengatakan "Alhamdulillah apa yang saya dapatkan ini halal" BOOOM.... seperti inilah yang Allah bicarakan dalam Al Quran dan Nabi Kita Muhamad.
  • Ada makna dibalik kejadian tersebut memang, walau sempat hembusan rasa kesal melintas, kalung tersebut tersemat dalam Maksiat, penjualnya wanita cantik yang tidak menutup aurat.   Alhamdulillah Allah maha baik di rem semua emosi sebab telintas kata Tauhid dalam pikiran.
Tauhid, Apakah itu Tauhid  http://learnfiqih.blogspot.com

  • Jadi bukanlah Tauhid yang manfaat disisi Allah kalau hanya sekedar berucap, "tidak ada tuhan kecuali dia", tidak ada yang menciptakan kecuali dia
  • Karena banyak orang musyrikin mengucapkan itu, seperti Non muslim mengucapkan Alhamdulillah, Insyallah dll mereka lancar  (fasih) mengucapkannya bahkan banyak yang mengerti juga artinya. Tapi bukan itu Tauhid yang manfaat dan menyelamatkan mereka, dan jadi yang mana "la ilaha illallah" yang manfaat menyelamatkan mereka dari Azab.
Jadi Sekarang yang mana la ilaha illallah yang manfaat. Yang mana kalau orang baca selamat dari Neraka.
  • Mereka mengucapkan dan memanfaatkan bagian dari ucapan tadi, dan juga bukan juga hanya mendatangi zhohir ibadah  (sholat, puasa secara zhohir), ini belum menjadi penentu penyelamat. Karena Orang munafik yang nanti berada di neraka paling bawah dia juga Sholat dia juga puasa dan dia juga sedekah.
  • Dalam Al Quran digambarkan Sholatnya orang Munafik maksa (terpaksa)  bukan dari hati, Sedekahnya Juga maksa (terpaksa) kalau Sholat malas kalau infak atau sedekah berat (contoh : dalam hati berbicara berkurang uang saya jadinya) jadi di dalam hatinya tidak ada rasa senang dalam beribadah.
  • Sebab itu masalah Munafik ini tidak bisa menuding ( mengatakan orang lain ) kamu Munafik atau dia Munafik, sebab diri kita sendiri saja kita tidak tahu ( apakah kita termasuk dalam golongan yang suka Munafik atau memang Munafik hehe sama dua-duanya itu tetap Munafik. Mau dia kadang-kadang munafik atau terus Munafik ). 
  • Bila di lontarkan pertanyaan:  "Siapa yang berani mengatakan dirinya bukan orang Munafik?" Untuk itu jangan mengatakan dia Munafik atau Kamu Munafik.
Dalam ayat dikatakan : Manusia itu  paling tau dirinya adalah dia sendiri.

Contoh tanda orang munafik :
  • Merasa senang dipuji untuk hal (masalah) yang dia tidak kerjakan. Perlu di garis bawahi hanya merasa senang, bagaimana bisa di katakan munafik yang begitu berat azabnya yaitu  di neraka paling bawah kembali kepada "Dalam ayat dikatakan : Manusia itu  paling tau dirinya adalah dia sendiri."

Tidak megerjakan apa-apa di puji dia senang,
  • Dalam ayat : "Kamu jangan menyangka dari mereka yang senang di puji dari yang mereka tidak lakukan, jangan menyangka mereka lolos dari Azab neraka"
Yang diminta atau di perlukan:  Disini Tauhid yang manfaat yang betul - betul sebagai kunci surga (sorga). Apa yang terangkum dari makna "La ilaha illallah" :
http://learnfiqih.blogspot.com
1. Dia betul cinta kepada Allah
2. Menunduk (nurut kepada Allah)
3. Menghinakan dirinya hanya kepada Allah
4. Butuh atau perlu hanya kepada Allah
5. Berpegang teguh hanya kepada Allah
6. Hatinya hancur hanya kepada kekuasaan dan keagungan Allah (hati hanya mengarah kepada Allah)
7. Menegakkan taatnya kepada Allah
8. Iklas
9. Menyerah Kepada Takdirnya Allah tidak menentang
10. Dan didalam seluruh ibadahnya yang dia inginkan hanya Allah
11. Didalam gerakannya dan diamnya hanya kepada Allah (dia bergerak karena Allah, dia Dia diampun karena Allah)
12. Tidak memberi karena Allah
13. Memberi karena Allah
14. Mencegah karena Allah
15. Cinta karena Allah
Contoh:
Kita cinta terhadap seseorang karena dia ahli ibadah kita senang dengan dia, kita cinta pada dia karena Allah, bukan karena ada tujuan lain.
16. Benci karena Allah ( bukan orangnya kita benci, karena dia melanggar Allah, bila dia sudah berhenti melangar Allah kita harus cinta dia, tidak boleh benci terus, artinya bila dia sudah tidak melanggar Allah tapi masih benci juga, jadi benci pribadi artinya bukan benci karena Allah )
17. Ridho karena ridhonya allah
18. Marah kepada marahnya Allah ( bila Allah marah kepada dia kita juga marah kepada dia, Jadi yang dimurkai oleh Allah Janganlah kita senang, menyukai apalagi riang gembira, Allah tidak suka Allah marah terhadap hal tersebut Jadi berhati-hatilah )
http://learnfiqih.blogspot.com
Ini Contoh luar biasa bro Akhir Zaman bro:
Orang kafir di jadikah idola hehehe... ( yang namanya orang kafir Allah tidak suka) akhir zaman ini  luar biasa, sudah tau Allah tidak suka (marah ) pada orang kafir hehehe, kita malah mengidolakan Dia, hahaha Rolling Stones atau Taylor Swift kacau-kacau Ini Musibah Akhir Zaman.
  • Untuk harta, sehat, sakit,  ganteng, cantik, jelek, Allah berikan baik kepada yang dia tidak suka (murka) atau yang dia suka ( cinta ) urusan dunia Allah berikan pada semua.
  • Tapi untuk Islam, Allah hanya berikan pada yang dia suka ( senangi ). JADI INILAH TAUHID YANG MANFAAT

  • Ada satu sahabat Imron Bin Husain Al Huzaini beliau sudah islam tetapi ayahnya masih kafir belum Islam dikatakan Imron Bin Husain dia tidak pernah melihat ayahnya (dengan kata lain menunduk baik saat dia kesal, ataupun cinta. Hingga ayahnya masuk Islam baru dia mau memandang wajah ayahnya dan dicium tangannya), karena beliau posisinya seba salah, katanya saya mau senang sama dia tetapi dia kafir, tapi saya mau benci dia kita di suruh berbakti.
  • Dalam Ayat : Kita di suruh tetap berbakti pada orang tua walaupun dia Kafir.
  • "Bila Orang tua kamu kafir memaksa kamu kafir jangan taati tetapi kamu tetap baiklah terhadap orang tua."
  • Dalam ayat : Siapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya, dan dia khusuk kepada Allah dan dia taqwa mereka itulah orang - orang yang menang ( mendapatkan sorga / surga )
  • Barang siapa  berpegang teguh kepada allah berarti dia sudah mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.
  • Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah jadikan kepadanya jalan keluar dari segala kesulitan dan juga Allah beri dia rizki ( dia diberi Allah Rizki dari hal yang dia tidak duga-duga )

Siapa yang tawakal kepada Allah maka dicukupi.

Dalam hadis Nabi berkata :
  • Siapa yang membaca Quran berarti dia membentengi dirinya dan benteng ini tidak ada yang bisa menembus.
Waduh semakin seru bahasan hari ini
  • Ada lagi barangsiapa membaca Quran tetapi dia tidak yakin kepada Quran berarti dia sedang mengolok-olok Quran. Hehehe kalau kembali kemasalah Munafik Tadi diatas Ana jadi mau tanya isinya Quran Apa saja ? yakin percaya dan terhadap apa yang Allah bilang? Bener nih Jangan boong Nah itu Rolling Stone masih Nangkring (tetap disitu) Posternya, hahaha ketauan generasi poster jadul banget.  
  • Atau di Hp ada vidio apa hayo oooo... waduh kacau, eeh ana Munafik atau sedang mengolok-olok Quran yaah ternyata kadar iman islam diriku masih jauh dari layak.

Nabi berkata:
  • Barang siapa membaca Quran maka mendapatkan 10 pahala di setiap hurufnya

  • Akhir zaman ini luar biasa Nabi yang ngomong masih tidak mau dengar, malah lebih asik liat mbah google cari berita bola sampe habis kuota internet huahahaha jadi curhat..  padahal satu jam kita kalau baca Quran pasti bisa dapat sepuluh lembar lebih.
  • Jangan menyangka narkoba itu hanya orang - orang bejat  yang menkonsumsi, ini internet juga sama, Candu juga, membuat orang ketagihan jadi hati - hati akhir zaman. 
  • Ingat ada pesan dari Dajal Aku akan mendatangi semua tempat di dunia dengan kecepatan yang pantas. hehe beware bro bray broot. 
  • Urusan Dajal dan kisahnya serta kupasan tuntasnya di tulisan berikut ya bray. Wassalam

Tuesday 1 December 2015

Arti Surah An Nas


  • 1. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia.
  • 2. Raja manusia (Malikinnaas).
  • 3. Sembahan manusia (Illahinnas).
  • 4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.
  • 5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
  • 6. dari (golongan) jin dan manusia
  • Surah An-Nas (bahasa Arab:النَّاسِ, "Manusia") adalah surah penutup (ke-114) dalam Al-Qur'an. Nama An-Nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surah ini yang berarti manusia. Surah ini termasuk dalam golongan surah makkiyah. Isi surah adalah anjuran untuk manusia memohon perlindungan kepada Pemerintah, Pemilik dan Pemelihara nyawa seluruh umat manusia, Allah, dari pengaruh hasutan jahat (setan) dalam diri.
  • Bacaan
  • بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
  • Bismilaahirahmanirahiim
  •     قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
  • Qul Auudzu bi rabbinnaas
  •     مَلِكِ النَّاسِ
  • Malikinnaas
  •     إِلَهِ النَّاسِ
  • Ilahinnaas
  •     مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
  • min syarrin waswaasil khannaas
  •     الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
  • alladzii yuwaswisu fii suduurinnaas
  •     مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
  • minal jinnati wannaas
  • Arti     Manusia
  • Klasifikasi     Makkiyah
  • Surah ke     114
  • Juz     Juz 30
  • Waktu pewahyuan     diturunkan sesudah Surat Al Falaq

Sunday 29 November 2015

Sebab Turunnya Surah An Nas


  •     Dalam riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah Saw, pernah sakit yang agak parah, sehingga datanglah kepadanya dua malaikat, yang satu duduk disebelah kepalanya dan yang satunya lagi disebelah kakinya. Berkatalah malaikat disebelah kakinya kepada yang ada disebelah kepalanya: "Apa yang engkau lihat ?" Ia berkata : "Dia kena guna-guna". "apa guna-guna itu?". "guna-guna itu sihir". "Siapa yang membuat sihirnya?" Ia menjawab : "Labid bin al-A'sham Alyahudi yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan disumur keluarga si Anu,dibawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah".

  •     Pada pagi hari Rasulullah Saw, mengutus 'Ammar bin Yasir dengan kawan-kawanya. Setibanya di sumur itu tampaklah airnya merah seperti air pacar. Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan gulungannya terus dibakar dan ternyata di dalam gulungann itu ada tali yang terdiri dari sebelas simpul. Kedua surat ini (Q.S 113 dan Q.S 114) turun berkenaan dengan peristiwa itu. Setiap kali Rasulullah mengucapkan satu ayat terbukalah simpulnya.
  • Diriwayatkan oleh al-baihaki didalam kitab Dala'ilun Nu-buwah dari al-kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dari Ibnu Abbas.
  • Keterangan : 
  •    Dalam kitab Bukhari terdapat syahid (penguat Hadist) yang ceritanya seperti itu, tapi tidak menyebutkan sebab turunnya dua surat itu. Dalam riwayat lain ada syahid yang ceritanya seperti itu dan menyebutkan sebab turunnya kedua surat itu.
  •    Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum yahudi membuat makanan bagi Rasulullah Saw. Setelah makan makanan itu tiba-tiba Rasulullah sakit keras sehingga sahabat-sahabatnya mengira bahwa penyakit itu timbul dari perbuatan yahudi itu, maka turunlah Jibril membawa dua surat ini (Q.S 113 dan Q.S 114) dan membacakan ta'udz.
  •    Seketika itu juga Rasulullah Saw, keluar menemui sahabat-sahabatnya dalam keadaan sehat wal'afiat.
  • Diriwayatkan oleh Abu Na'im dalam kitab ad-Dalail dariAbi Jafar ar-Razi dari ar-Rabibin anas yangbersumber dari Anas bin Malik.

FAEDAH Surah An Nas dan KEUTAMAANNYA


Membahas tentang Faedah surah an nas dan keutamaannya.

  • Surah An-Nas (bahasa Arab: “Manusia”) adalah surah terakhir (ke-114) dalam al-Qur’an. Nama An-Nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surat ini yang artinya manusia. Surah ini termasuk dalam golongan surah makkiyah. Isi surah adalah menganjurkan manusia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan baik yang berasal dari golongan manusia maupun jin. Surah an nas dan keutamaannya
  • Beberapa Nilai yang Terkandung dalam surah an nas
  • Sebuah tarbiyah ilahi, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya sekaligus Khalil-Nya untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia adalah Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki), Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini), dan Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi). Dengan ketiga sifat Allah subhanahu wata’ala inilah, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan. Surah an nas dan keutamaannya
  • Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung. Surah an nas dan keutamaannya
  • Surah an nas dan keutamaannya Surah an nas dan keutamaannya
  • Ada banyak keutamaan surah ini,berikut ini beberapa keutamaannya:
  • 1. Imam Musa Al-Kazhim (sa). berkata: “Sangatlah banyak keutamaan surat ini bagi anak kecil jika padanya dibacakan surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) dan jika tidak mampu (50 kali). Jika ia ingin memperoleh penjagaan diri dengan bacaan itu, ia akan terjaga sampai hari kematian men-jemputnya. (Mafatihul Jinan 479). Surah an nas dan keutamaannya
  • 2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata bahwa Rasulullah SAW. mengadu karena sakit yang dideritanya. Kemudian Jibril AS. datang kepadanya, dan Mikail berada di dekat kakinya. Kemudian Jibril memohonkan perlindungan untuknya dengan surat Al-Falaq, dan Mikail memohonkan perlindungan untuknya dengan surat An-Nas.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725) Surah an nas dan keutamaannya Surah an nas dan keutamaannya
  • 3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). berkata bahwa: “Jibril datang kepada Rasulullah SAW. ketika sedang mengadu karena sakit, lalu Jibril meruqiyah (mengobati)nya dengan surat Al-Falaq, An-Nas dan Al-Ikhlash. Jibril berkata: Dengan nama Allah aku ruqiyah kamu, Allah pasti menyembuhkan kamu dari segala penyakit, ambillah surat ini niscaya ia akan memberi kamu ketenangan dan kesembuhan. Kemudian Nabi SAW. membacanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725) Surah an nas dan keutamaannya
  • 4.Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila hendak tidur, Beliau membaca Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan kemudian disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.
  • 5.Sayyidiah’ Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit kala, kemudian Beliau mengambil air garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit kala tadi. Surah an nas dan keutamaannya
  • 6.’Uqbah bin’ Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalm suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga untuk membacanya. Surah an nas dan keutamaannya
  • 7.Barang siapa terkena penyakit karena perbuatan syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut. Surah an nas dan keutamaannya
  • Barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali. Surah an nas dan keutamaannya
  • Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala.
    Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak Surah an nas dan keutamaannya

Saturday 28 November 2015

Surah An Nas Mengurai Kandungan Dan Maknanya


Sudah terlalu banyak orang yang terperosok dalam lembah kemaksiatan dan tenggelam dalam syhawat akibat ulahnya.

  • Penebar “racun” di seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Menyeret manusia menjadi penghuni An Naar. Penampakannya yang kasat mata semakin membuat leluasa gerakannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
    “Sesungguhnya syaithan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Al A’raaf: 27)
  • Syaithan adalah sumber dari segala kejelekan yang ada, perancang dari segala makar, peramu segala racun, menghembuskan was-was ke dalam hati-hati manusia, mengemas perbuatan jelek sebagai perbuatan yang baik. Sehingga kebanyakan manusia terpedaya dengan makar dan racunnya.
  • Namun kita tidak boleh gegabah dengan mengatakan ‘celaka kamu wahai syaithan’, justru syaithan semakin membesar seperti besarnya rumah. Tetapi bacalah basmalah (bismillah) niscaya syaithan semakin kecil seperti lalat. (HR. Abu Dawud no. 4330)
  • Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah memberikan penawar bagi “racun” yang ditimbulkan oleh syaithan tersebut. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
    “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Al Isra’: 82)
  • Dan tidaklah Allah subhanahu wata’ala menurunkan suatu penyakit kecuali Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan penawarnya. Salah satu dari penawar tersebut adalah surat An Naas, salah satu surat yang terdapat di dalam Al Quran dan terletak di penghujung atau bagian akhir darinya serta termasuk surat-surat pendek yang ada di dalam Al Quran.
    • Pada kajian kali ini, kami akan mengajak pembaca untuk mengkaji tentang keutamaan surat An Naas dan apa yang terkandung di dalamnya.
    • Keutamaan surat An Naas
    • Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah (turun sebelum hijrah) menurut pendapat para ulama di bidang tafsir, diantaranya Ibnu Katsir Asy Syafi’i dan Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’dy.
    • Surat An Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat Al Falaq. Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi diantara surat-surat yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    • أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
    • “Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944)
    • Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk membentengi dari pandangan jelek jin maupun manusia. (HR. At Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu)
    • Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua surat ini dan surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir membawakan hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
    • اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
    • “Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
      • Al Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu pagi dan sore. Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Dawud no. 4419, An Naasaa’i no. 5333, dan At Tirmidzi no. 3399)
      • Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalu meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh anggota badan, sebanyak tiga kali. (HR. Al Bukhari 4630
      • Al Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al Muawwidzat tersebut. (HR. Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195)
      • Tafsir Surat An Naas
      • قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
      • “Katakanlah (Wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada Rabb manusia.”
      • مَلِكِ النَّاسِ
      • “Raja manusia.”
      • إِلَهِ النَّاسِ
      • “Sembahan manusia.”
      • Sebuah tarbiyah ilahi, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya sekaligus Khalil-Nya untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia adalah Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki), Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini), dan Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi). Dengan ketiga sifat Allah subhanahu wata’ala inilah, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan.
      • Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
      • Karena hal itu termasuk perbuatan ghuluw (ekstrim), memposisikan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bukan pada tempat yang semestinya. Bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam melarang dari perbuatan seperti itu. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersada:
      • لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُوْلُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
      • “Janganlah kalian berbuat ghuluw kepadaku sebagaimana Nashara telah berbuat ghuluw kepada Ibnu Maryam. Aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
      • Akan tetapi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang nabi dan rasul yang wajib ditaati dan diteladani.
      • مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
      • “Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”
      • Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar, adapun al khannas adalah mundur. Maka bagaimana maksud dari ayat ini?
      • Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
      • “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
      • Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
      • “Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
      • Jawaban ini dikuatkan oleh Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.
      • الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
      • “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
      • Inilah misi syaithan yang selalu berupaya menghembuskan was-was kepada manusia. Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik. Mengemas kebenaran dengan kemasan yang buruk. Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
      • Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala kisahkan dalam firman-Nya (artinya):
      • “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al jannah/surga)”. (Al A’raf: 20)
      • Demikian pula perhatikan, kisah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang beri’tikaf. Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri beliau shalallahu ‘alaihi wasallam) mengunjunginya di malam hari. Setelah berbincang beberapa saat, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengantarkannya pulang ke kediamannya. Namun perjalanan keduanya dilihat oleh dua orang Al Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam hati keduanya perasaan was-was (curiga). Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihat gelagat yang kurang baik dari keduanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam segera mengejarnya, seraya bersabda:
      • عَلَى رِسْلِكُمَا, إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيّ فَقَالاَ: سُبْحَانَ الله يَارَسُولَ الله. فَقَالَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدََّم, وَإِنِّي خَشِيْتُ أَنْ يُقْذَفَ فِي قُلُوبِكُمَاشَيْئاً, أَوْشَرًّا.
      • “Tenanglah kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh bani Adam sesuai dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada kalian sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
      • Demikianlah watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. Apalagi Allah subhanahu wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi setiap manusia, bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga ada pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi wasallam:
      • مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاّ َقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِيْنُهُ مِنَ الجِنِّ, قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَارَسُولَ الله ؟ قَالَ: وَإِيَّايَ, إِلاَّ أَنَّ الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ, فَلاَ يَأْمُرُنِي إِلاَّبِخَيْرٍ.
      • “Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari kalangan jin, maka para shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai Rasulullah? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, hanya saja Allah telah menolongku darinya, karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan”. (HR. Muslim no. 2814)
      • مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
      • “Dari (golongan) jin dan manusia.”
      • Dari ayat ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada manusia tidak hanya dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa berperan sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas dalam ayat lain (artinya):
      • “Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
      • Maka salah satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari kalangan jin dan manusia adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala (artinya): “Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)

Friday 27 November 2015

Warisan bagi Anak Hasil Zina


  • Berbicara tentang waris dalam hukum Islam, terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak waris dari kerabatnya yang lain. 

CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT 
Sebab-sebab orang yang berhak mendapatkan warisan, diantaranya adalah:
  • 1.      Nasab (keturunan) yakni kerabat.
  • 2.      Pernikahan
  • 3.      Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budak perempuan.
Jadi jika ada pernikahan yang sah antara calon suami dan istri, ketika suami wafat, istri mendapatkan hak waris. Begitupun sebaliknya, ketika istri wafat, suami mendapatkan hak waris. Sebagaimana yang termaktub dalam kitab al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 12 :

4. An Nisaa'


  • 12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
[274]. Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti:
  • a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka.
  • b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.

  • Dan hal-hal yang menghalangi seseorang untuk menerima harta warisan adalah:
1.      Kekafiran
لا يرث الكافر المسلم ولا المسلم الكافر
  • “Orang kafir tidak dapat mewarisi orang muslim, dan orang muslim tidak dapat mewarisi orang kafir.” (HR. Ahmad)
2.      Pembunuhan
ليس للقاتل من تركة المقتول شيء
Seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan harta warisan sedikitpun dari orang yang dibunuhnya.” (HR. Ibnu Abdul Barr)
  • 3.      Perbudakan
  • 4.      Perbuatan zina
  • 5.      Li’an (sumpah)
  • 6.      Bayi yang meninggal saat lahir
Berdasarkan ketentuan di atas, hubungan nasab (darah) merupakan syarat yang benar-benar harus terpenuhi jika ahli waris adalah anak (keturunan) dari pewaris. Dan anak tersebut harus dari hasil pernikahan kedua orang tuanya yang sah sesuai syari’at Islam. Namun jika tidak ada ikatan pernikahan antara keduanya, maka otomatis si anak putus hubungan dengan bapaknya karena si bapak juga tidak ada ikatan dengan ibunya. Jadi si anak tersebut hanya dinasabkan kepada ibunya saja. 
CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT 
Dan hubungan nasab dengan bapaknya terputus. Jadi, jika ibunya wafat, anak tersebut mendapatkan hak waris dari ibunya. Begitu pula sebaliknya, jika anak tersebut wafat, ibu mendapat hak waris dari anaknya. Sedangkan jika ayahnya wafat, anak tersebut tidak mendapatkan hak waris dari ayahnya. Begitu juga sebaliknya, jika anak tersebut wafat, ayah tidak mendapatkan hak waris dari anaknya.
  • Sebagai contoh, jika ada perempuan yang ingin menikah dengan laki-laki yang membawa anak bawaan dari hasil zina atau hasil pernikahan yang tidak sah, maka anak itu tidak mendapatkan hak waris dari ayahnya. Tapi mereka bisa mendapatkan hak selain dari hak waris, seperti hadiah atau wasiat.
CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT  

Thursday 26 November 2015

Makna Surah Al Ikhlas 1

بسم الله الرحمن الرحيم

  • قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ١
    اللَّهُ الصَّمَدُ ٢
    لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ٣
    وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ٤

  • Surah Al-Ikhlas adalah surah ke 112 dalam Al-Qur’an. Arti dari surah Al-Ikhlas adalah Keesaan Allah atau monotheistic. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang diturunkan di Kota Mekkah berisikan 4 ayat. Makna Surah Al Ikhlas 1 http://learnfiqih.blogspot.com
Arti surah Al-Ikhlas
 
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ١

“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa”. Makna Surah Al Ikhlas 1

  • Diriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus Amir bin Tufail kepada Nabi Muhammad SAW, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: “Engkau telah memecahbelahkan keutuhan kami, memaki-maki “tuhan” kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta dan jika engkau gila akan kami obati. Jika engkau wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya”. Rasulullah SAW menjawab: Makna Surah Al Ikhlas 1

لست بفقير ولا مجنون ولا هويت امرأة أنا رسول الله أدعوكم من عبادة الأصنام إلى عبادته. فأرسلوه ثانية وقالوا: قل له بين لنا جنس معبودك. امن ذهب أو من فضة؟ فأنزل الله هذه السورة

  • “Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa”, kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembah itu. Apakah Dia dari emas atau perak?”, lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak) Makna Surah Al Ikhlas 1 http://learnfiqih.blogspot.com

اللَّهُ الصَّمَدُ ٢

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Dijelaskan bahwa hanya kepada Allah tempat meminta dan memohon. Makna Surah Al Ikhlas 1

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ٣

“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan” http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah. Makna Surah Al Ikhlas 1 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman: http://learnfiqih.blogspot.com  Makna Surah Al Ikhlas 1

فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون

Artinya:
  • Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: “Allah beranak”. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Q.S. As Saffat: 149-152). Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut. Ibnu ‘Abbas berkata: “Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah. Makna Surah Al Ikhlas 1

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ٤

  • “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.  Makna Surah Al Ikhlas 1
Keutamaan Surah Al-Ikhlas
  • Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi Muhammad SAW yaitu mentauhidkan Allah SWT dan mensucikanNya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasanNya berupa pahala dan dosa. Telah diriwayatkan dalam hadis, “Bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Alquran,” karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini. http://learnfiqih.blogspot.com Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Dalam hadis lainnya juga dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pahala membaca surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3x surah Al-Ikhlas sama dengan mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur’an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Alimenyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an. Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Keutamaan lain Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. http://learnfiqih.blogspot.com Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad(ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali. http://learnfiqih.blogspot.com  Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga. http://learnfiqih.blogspot.com Makna Surah Al Ikhlas 1
  • Ternyata dari surah singkat Al-Ikhlas alias “Qulhu” merupakan fundamental ketauhidan seorang mukmin kepada khaliqnya. Surah yang berisikan ketauhidan/ keesaan Allah SWT atau monotheistic ini berisikan 1/3 dari nilai yang ada didalam Al-Qur’an. So, buat teman-teman yang masih suka shalat dan membaca surah Al-Ikhlas ini ada alasan kenapa kita sering membaca surah ini dalam shalat kita bukan hanya karena surah yang pendek dan mudah dihapalkan tentunya.http://learnfiqih.blogspot.com  Makna Surah Al Ikhlas 1

Makna Surah Al Iklas 2

  • “Katakanlah” – Hai Utusan-Ku- “Dia adalah Allah, Maha Esa.” (ayat 1). Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia. Makna Surah Al Iklas 2
  • Pengakuan atas Kesatuan, atau Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan nama-Nya ialah Allah, kepercayaan itulah yang dinamai TAUHID. Berarti menyusun fikiran yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan akal yang sihat dan berfikir teratur hanya sampai kepada SATU. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula ada teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau Dia lebih dari satu. Karena kalau Dia berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya. Kekuasaan yang terbagi, artinya sama-sama kurang berkuasa. Makna Surah Al Iklas 2
  • “Allah adalah pergantungan.” (ayat 2). Artinya, bahwa segala sesuatu ini adalah Dia yang menciptakan, sebab itu maka segala sesuatu itu kepada-Nyalah bergantung. Ada atas kehendak-Nya. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Kata Abu Hurairah: “Arti Ash-Shamadu ialah segala sesuatu memerlukan dan berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya, sedang Dia tidaklah berlindung kepada sesuatu jua pun.
  • Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang Dia mau dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.” Makna Surah Al Iklas 2
  • Muqatil mengartikan: “Yang Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.”
  • “Tidak Dia beranak, dan tidak Dia diperanakkan.” (ayat 3). Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Mustahil Dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Seseorang yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak keturunan. Karena dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung. Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu. Tetapi seseorang yang hidup, lalu beranak dan bersambung lagi dengan cucu, besarlah hatinya, karena meskipun dia mesti mati, dia merasa ada yang menyambung hidupnya. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Oleh sebab itu maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan anak. Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati. Dahulunya tidak berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan kekal terus, sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung kekuasaan-Nya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera mahkota. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan. Tegasnya tidaklah Dia berbapa. Karena kalau dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian lahir ke dunia dari ayahnya, dan kemudian ayah itu pun mati. Si anak menyambung kuasa. Kalau seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu beranak dan anak itu ialah Nabi Isa Almasih, yang menurut susunan kepercayaan mereka sama dahulu tidak bepermulaan dan sama akhir yang tidak berkesudahan di antara sang bapa dengan sang anak, maka bersamaanlah wujud di antara si ayah dengan si anak, sehingga tidak perlu ada yang bernama bapa dan ada pula yang bernama anak. Dan kalau anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau ketuhanan yang tidak perlu, kalau diakui bahwa si bapa kekal dan tidak mati-mati, sedang si anak tiba kemudian. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • “Dan tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun.” (ayat 4). Keterangan: Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaan-Nya. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda yaitu sebelum bapa-Nya mati. Kalau diakui bahwa Dia terbilang, ada bapa ada anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun akan mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama kurang kekuasaannya. Kalau ada dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya, sama kekuasaannya atas alam, tidak ada fikiran sihat yang akan dapat menerima kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau keduanya sama tarafnya, yang berarti sama-sama kurang kuasa-Nya, yakni masing-masing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang sempurna ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah tuhan. Itu masih alam, itu masih lemah. Makna Surah Al Iklas 2
  • Yang Tuhan itu ialah Mutlak Kuasa-Nya, tiada berbagi, tiada separuh seorang, tiada gandingan, tiada bandingan dan ada tiada tandingan. Dan tidak pula ada tuhan yang nganggur, belum bertugas sebab bapanya masih ada! Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. Itulah yang dirasakan oleh akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah dia dan tidak bersih lagi. Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula Surat Al-Ikhlas, artinya sesuai dengan jiwa murni manusia, dengan logika, dengan berfikir teratur.  Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
  • Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir bahwa asal mula Surat ini turun: “Shif lanaa rabaka” ialah karena pernah orang musyrikin itu meminta kepada Nabi (Coba jelaskan kepada kami apa macamnya Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga atau loyangkah?). Makna Surah Al Iklas 2
  • Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka’ab, memang ada orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab (keturunan atau sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas ini tentang Tuhan. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Abus Su’ud berkata dalam tafsirnya: “Diulangi nama Allah sampai dua kali (ayat 1 dan ayat 2) dengan kejelasan bahwa Dia adalah Esa, Tunggal, Dia adalah penggantungan segala makhluk, supaya jelaslah bahwa yang tidak mempunyai kedua sifat pokok itu bukanlah Tuhan. Di ayat pertama ditegaskan Keesaan-Nya, untuk menjelaskan bersih-Nya Allah dari berbilang dan bersusun, dan dengan sifat Kesempurnaan Dia tempat bergantung, tempat berlindung; bukan Dia yang mencari perlindungan kepada yang lain, Dia tetap ada dan kekal dalam kesempurnaan-Nya, tidak pernah berkurang. Dengan penegasan “Tidak beranak”, ditolaklah kepercayaan setengah manusi bahwa malaikat itu adalah anak Allah atau Isa Almasih adalah anak Allah. Tegasnya dari Allah itu tidak ada timbul apa yang dinamai anak, karena tidak ada sesuatu pun yang mendekati jenis Allah itu, untuk jadi jodoh dan “teman hidupnya”, yang dari pergaulan berdua timbullah anak.” – Sekian Abus Su’ud. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Imam Ghazali menulis di dalam kitabnya “Jawahirul-Qur’an” : “Kepentingan Al-Qur’an itu ialah untuk ma’rifat terhadap Allah dan ma’rifat terhadap hari akhirat dan ma’rifat terhadap Ash-Shirathal Mustaqim. Ketiga ma’rifat inilah yang sangat utama pentingnya. Adapun yang lain adalah pengiring-pengiring dari yang tiga ini. Maka Surat Al-Ikhlas adalah mengandung satu daripada ma’rifat yang tiga ini, yaitu Ma’rifatullah, dengan memberishkan-Nya, mensucikan fikiran terhadap-Nya dengan mentauhidkan-Nya daripada jenis dan macam. Itulah yang dimaksud bahwa Allah bukanlah pula bapa yang menghendaki anak, laksana pohon. Dan bukan diperanakkan, laksana dahan yang berasal dari pohon, dan bukan pula mempunyai tandingan, bandingan dan gandingan.”
  • Ibnul Qayyim menulis dalam Zaadul Ma’ad: “Nabi SAW selalu membaca pada sembahyang Sunnat Al-Fajar dan sembahyang Al-Witir kedua Surat Al-Ikhlas dan Al-Kaafiruun. Karena kedua Surat itu mengumpulkan Tauhid, Ilmu dan Amal, Tauhid Ma’rifat dan Iradat, Tauhid I’tiqad dan Tujuan. Surat Al-Ikhlas mengandungi Tauhid I’tiqad dan Ma’rifat dan apa yang wajib dipandang tetap teguh pada Allah menurut akal murni, yaitu Esa, Tunggal. Naf’i yang mutlak daripada bersyarikat dan bersekutu, dari segi mana pun. Dia adalah Pergantungan yang tetap, yang pada-Nya terkumpul segala sifat kesempurnaan, tidak pernah berkekurangan dari segi mana pun. Naf’i daripada beranak dan diperanakkan, karena kalau keduanya itu ada, Dia tidak jadi pergantungan lagi dan Keesaan-Nya tidak bersih lagi. Dan Naf’i atau tidaknya kufu’, tandingan, bandingan dan gandingan adalah menafikan perserupaan, perumpamaan ataupun pandangan lain. Sebab itu makna Surat ini mengandung segala kesempurnaan bagi Allah dan menafikan segala kekuarangan. Inilah dia Pokok Tauhid menurut ilmiah dan menurut akidah, yang melepaskan orang yang berpegang teguh kepadanya daripada kesesatan dan mempersekutukan. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
  • Itu sebab maka Surat Al-Ikhlas dikatakan oleh Nabi Sepertiga Qur’an. Sebab Al-Qur’an berisi Berita (Khabar) dan Insyaa. Dan Insyaa mengandung salah satu tiga pokok: (1) perintah, (2) larangan, (3) boleh atau diizinkan. Dan Khabar dua pula: (1) Khabar yang datang dari Allah sebagai Pencipta (Khaliq) dengan nama-nama-Nya dan hukum-hukum-Nya. (2) Khabar dari makhluk-Nya, maka diikhlaskanlah oleh makhluk di dalam Surat Al-Ikhlas tentang nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, sehingga jadilah isinya itu mengandung Sepertiga Al-Qur’an. Dan dibersihkannya pula barangsiapa yang membacanya dengan Iman, daripada mempersekutukan Allah secara ilmiah. Sebagaimana Surat Al-Kaafiruun pun telah membersihkan dari syirik secara amali, yang timbul dari kehendak dan kesengajaan.” – Sekian Ibnul Qayyim.  Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
  • Ibnul Qayyim menyambung lagi: “Menegakkan akidah ialah dengan ilmu. Persediaan ilmu hendaklah sebelum beramal. Sebab ilmu itu adalah Imam, penunjuk jalan, dan hakim yang memberikan keputusan di mana tempatnya dan telah sampai di mana. Maka “Qul Huwallaahu Ahad” adalah puncak ilmu tentang akidah. Itu seba maka Nabi mengatakannya sepertiga Al-Qur’an. Hadis-hadis yang mengatakan demikian boleh dikatakan mencapai derajat mutawatir. Dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” sama nilainya dengan seperempat Al-Qur’an. Dalam sebuah Hadis dari Termidzi, yang dirawikan dari Ibnu Abbas dijelaskan: “Idzaa Zulzilatil Ardhu” sama nilainya dengan separuh Al-Qur’an. “Qul Huwallahu Ahad” sama dengan sepertiga Al-Qur’an dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” sama nilainya dengan seperempat Al-Qur’an.
  • Al-Hakim merawikan juga Hadis ini dalam Al-Mustadriknya dan beliau berkata bahwa Isnad Hadis ini shahih. Makna Surah Al Iklas 2 http://learnfiqih.blogspot.com
***
  • Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dari Aisyah, – moga-moga Allah meridhainya – bahwa Nabi SAW pada satu waktu telah mengirim siryah (patroli) ke suatu tempat. Pemimpin patroli itu tiap-tiap sembahyang yang menjahar menutupnya dengan membaca “Qul Huwallaahu Ahad.” Setelah mereka kembali pulang, mereka khabarkanlah perbuatan pimpinan mereka itu kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW berkata: “Tanyakan kepadanya apa sebab dia lakukan demikian.” Lalu mereka pun bertanya kepadanya, (mengapa selalu ditutup dengan membaca “Qul Huwallaahu Ahad”). http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dia menjawab: “Itu adalah sifat dari Tuhan Yang Bersifat Ar-Rahman, dan saya amat senang membacanya.”  Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
  • Mendengar keterangan itu bersabdalah Nabi SAW: “Katakanlah kepadanya bahwa Allah pun senang kepadanya.”  Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
  • Dan terdapatlah juga beberapa sabda Rasul yang lain tentang kelebihan Surat Al-Ikhlas ini. Banyak pula Hadis-hadis menerangkan pahala membacanya. Bahkan ada sebuah Hadis yang diterima dari Ubay dan Anas bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Diasaskan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi atas Qul Huwallaahu Ahad.”
  • Betapa pun derajat Hadis ini, namun maknanya memang tepat. Al-Imam Az-Zamakhsyari di dalam Tafsirnya memberi arti Hadis ini: “Yaitu tidaklah semuanya itu dijadikan melainkan untuk menjadi bukti atas mentauhidkan Allah dan mengetahui sifat-sifat Allah yang disebutkan dalam Surat ini.” http://learnfiqih.blogspot.com
  • Diriwayatkan oleh Termidzi dari Abu Hurairah, berkata dia: “Aku datang bersama Nabi SAW tiba-tiba beliau dengar seseorang membaca “Qul Huwallaahu Ahad”. Maka berkatalah beliau SAW: “Wajabat” (Wajiblah). Lalu aku bertanya: “Wajib apa ya Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Wajib orang itu masuk syurga.” Kata Termidzi Hadis itu Hasan (bagus) dan shahih.  Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com

Wednesday 25 November 2015

Arti Surah Al Ikhlas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
Qul huwa allaahu ahad(un), allaahu alshshamad(u), lam yalid walam yuulad(u), walam yakullahu kufuwan ahad(un).


Translate:

  • 1). Say : He is Allah , the One!
  • 2). Allah , the eternally Besought of all!
  • 3). He begetteth not nor was begotten
  • 4). And there is none comparable unto Him


Artinya:

  • 1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
  • 2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
  • 3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
  • 4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Tuesday 24 November 2015

INILAH AL IKHLAS 2

Keutamaan
Dalam kisah-kisah Islam
  • Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur’an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an.
  • Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.
  • Keutamaan lain
  • Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
  • Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.
  • Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.
  • Sifat Jaiz Bagi Allah
SIFAT SIFAT JAIZ BAGI ALLAH
  • Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau meninggalkannya. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya.
  • Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan.
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
  • Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (al-Qashash 6)
  • Hikmah Dan Atsar
  • Tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha dan doa manusia hanya sekedar perantara untuk mengharap belas kasih Allah dalam mengabulkan apa yang diinginkan. Keputusan akhir adalah mutlak ada pada kekuasaa Allah.
الجائز في حق الله تعالى : يجوز في حقه تعالى فعل كل ممكن أو تركه فهو الفاعل المختار لكل شيئ خيرا كان أو شرا  قال الله تعالى { وَللَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ  قَدِيرٌ } و الدليل العقلي على ذلك انه لو لم يكن فعل كل ممكن أو تركه جائزا في حقه لكان واجبا فيصير الممكن واجبا و لو استحال عليه شيئ منها لصار الممكن مستحيلا و كلاهما باطل

SIFAT JAIZ ALLAH (SIFAT BOLEH BAGI ALLAH)
   
  • Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi Allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah, artinya boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin juga membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk memilih, membuat sesuatu atau meninggalkannya. Dan dalam pembuatan apa saja Allah itu tidak dipaksa atau terpaksa. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan
وَللَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
  • ”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Ma’idah: 17)
  • Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa dipaksa berarti wajib dilakukan. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat itu.

Monday 23 November 2015

INILAH AL IKHLAS 1

SEBAB DITURUNKAN DAN PENAMAAN JUGA KANDUNGAN SURAT AL IKHLAS VERSI LENGKAP

SEBAB DITURUNKAN DAN PENAMAAN SURAT AL IKHLAS   


  • Sebab diturunkannya surat Al Ikhlas dikarenakan kaum musyrikin menanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  tentang Nasab Allah,Maka turunlah surat ini  
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” يَا مُحَمَّدُ [ص:144] ، انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: {قُلْ هُوَ اللَّهُأَحَدٌ، اللَّهُ الصَّمَدُ} [الإخلاص: 2] لَمْ يَلِدْ، وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ “ 
  • “Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab berkata bahwasanya orang-orang musyrikin berkata kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad sebutkan kepada kami tentang nasab Robbmu.” Maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan surat ini yang artinya : “Katakanlah (wahai Muhammad) Dia lah Allah Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara denganNya.” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim, ini lafadz yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Pada lafadz Imam Tirmidzi yang serupa dengan lafadz diatas dihasankan oleh Syaikh Albani di dalam shohih wa dhoif Sunan Tirmidzi).

  • Dinamakan surat Al Ikhlas dikarenakan pada surat ini terdapat penjelasan tentang pensucian yang sempurna untuk

  • KANDUNGAN SURAT AL IKHLAS
  • AYAT PERTAMA  (  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ  )
  • Berkata I’krimah, ketika yahudi berkata : “Kami beribadah kepada Uzair anak Allah” Nasharo berkata “kami beribadah kepada Al masih (Isa bin Maryam)”, berkata majusi (penyembah api) kami “beribadah kepada matahari dan bulan”. Dan orang-orang musyrikin berkata “kami beribadah kepada berhala.”  Maka Allah turunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam   :   قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
  •    
  • Maknanya Dialah Allah yang satu yang tidak ada sebanding denganNya, tidak ada pembantu bagi Allah, tidak ada yang setara dengan Allah, tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sama dengan Allah.  Pada lafadz diatas tidak ditetapkan pada selain Allah. Namun ditetapkan hanya pada Allah saja. Dikarenakan Allah sempurna pada seluruh sifat dan perbuatannya. (lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 8 hal.414)
   
  • Para pembaca yang semoga Allah Subhanahu wata’ala berkahi, setelah kita memahami kandungan ayat pertama, maka mari kita beramal dengan yakin bahwa sepantasnya Allah yang berhak diberikan ibadah kepadaNya secara keseluruhan, kita tidak menjadikan tandingan bagi Allah pada  ibadah kita.
  • Dan seharusnya kita murnikan ibadah dengan mengikuti cara ibadah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam . Itulah ibadah yang paling benar, paling mudah dan paling menenangkan, sehingga degan demikian telah terwujudlah syahadat kita yakni artinya: tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.
  • AYAT KEDUA   (   اللَّهُ الصَّمَدُ )
  • Maknanya adalah Allah Subhanahu wata’ala memiliki kesempurnaan sifat yang mulia yang seluruh makhluk meminta seluruh kebutuhan dan keinginan pada Allah. Allah adalah pemimpin. Dan Allah tidak makan dan tidak minum, dan Allah maha kekal. (diringkas dari beberapa kitab : tafsir Thobari, tafsir Ibnu Katsir, tafsir Sa’adi, tafsir Juz Amm karya Syaikh Utsaimin, dan tafsir Muyassar).

  • Pada ayat kedua ini penulis mengajak para pembaca agar menujukan permintaan hanya kepada Allah saja. Ketika kita berdo’a agar ditambahkan rezki atau kita berdo’a yang lainnya, maka hendaknya hanya meminta kepada Allah saja, tidak meminta kepada orang yang sudah mati atau dukun.
  • Karena do’a adalah ibadah yang harus diberikan hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan apabila berdo’a kepada Allah lalu menjauhi perkara-perkara yang haram maka do’a akan dikabulkan.Sebagaimana Allah berfirman:
  • وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
  • “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepadaKu agar mereka memperoleh kebenaran.” (Al- Baqaroh: 186).

AYAT KETIGA  ( لَمْ يَلِدْ، وَلَمْ يُولَدْ ) 
  • Maknanya adalah Allah tidak butuh anak, tidak butuh orang tua atau istri. Disebabkan sempurnanya kekayaan Allah Subhanahu wata’ala . Dan dikarenakan tidaklah sesuatu yang dilahirkan melainkan akan mati dan dan tidaklah sesuatu yang mati melainkan diwarisi (orang lain). Sebagaimana hadits dari Abu A’liyah secara mursal:
  • “Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan dikarenakan tidaklah sesuatu yang mati melainkan akan diwarisi (orang lain), dan Robb kita tidak mati dan tidak akan mewariskan, tidak ada yang setara, sama dan sebanding bagi Allah. (Hadits riwayat Tirmidzi). Dan hadits ini ada pendukungnya dari hadits Jabir.

  • Dan sesungguhnya pujian Allah tidak akan musnah dan tidak akan diwarisi (kami kumpulkan dari beberapa kitab : tafsir Thobari, tafsir Ibnu katsir, tafsir Karimmurrohman karya Syaikh Assa’dy, tafsir Juz Amm karya Syaikh Utsaimin dan Fathul Baari syarh Shohih Bukhori ).
  • AYAT KEEMPAT  (  وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ )
  • Maknanya adalah tidak ada yang serupa dan setara  dengan Allah, tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan Allah, tidak sama pada nama-nama Allah, tidak pula pada sifat-sifatNya, dan tidak pula sama dengan perbuatan-perbuatan Allah. Dan Maha suci Allah sehingga pantaslah Allah tiadakan / menolak adanya bapak atau anak atau yang semisal dengan Allah.

  • KEUTAMAAN SURAT AL IKHLAS
  • 1.  SURAT AL IKHLAS SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL QUR’AN. Dalam hadits dari Abu Darda’ dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟» قَالُوا: وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: «قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ»
  • “Apakah salah seorang dari kalian mampu membaca sepertiga Al Qur’an dalam satu malam? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : Sebanding dengan sepertiga Al Qur’an” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dan ini lafadz Muslim).

  • Maksud dari surat Al Ikhlas adalah sepertiga Al Qur’an bukanlah kita mencukupkan baca surat Al Ikhlas tiga kali kemudian tidak membaca surat-surat yang lain yang ada dalam Al Qur’an. Namun maksud sebanding sepertiga Al Qur’an adalah didalam Al Qur’an disebutkan tiga hal tiga hal :
  • PERTAMA: Kisah-kisah  KEDUA: Hukum-hukum  KETIGA:  Sifat-sifat Allah
  • Pada surat Al Ikhlas ini hanya disebutkan sifat-sifat Allah saja sehingga sebanding dengan sepertiga Al  Qur’an. Dan juga dikatakan maknanya pahala yang membacanya dilipat gandakan sekedar atau sebesar pahala orang yang membaca sepertiga Al Qur’an.
  • 2. SIAPA YANG MEMBACANYA MAKA BAGINYA SURGA. Di dalam hadits dari Abu Hurairah berkata aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bertemu seseorang yang sedang membaca Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:

  • “Telah ditetapkan bagimu, maka laki-laki itu bertanya, apa yang telah ditetapkan bagiku wahai Rasulullah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda Jannah (surga)”.  (Hadits riwayat Tirmidzi,  An nasa’i, di shohihkan Syaikh Albani dalam shohih wa dhoif sunan An nasa’i ).

  • 3. SIAPA YANG BERDO’A DIDAHULUI DENGAN PENYEBUTAN SIFAT ALLAH YANG ADA DALAM SURAT INI MAKA ALLAH KABULKAN DO’ANYA. Di dalam hadits diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah al Aslami dari bapaknya:
عن عبد الله بن بريدة الأسلمي عن أبيه قال سمع النبي صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو وهو يقول اللهم إني أسألك بأني أشهد أنك أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد قال فقال والذي نفسي بيده لقد سأل الله باسمه الأعظم الذي إذا دعي به أجاب وإذا سئل به أعطى                                                                                                            

  • “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  mendengar seseorang berdo’a yang dia ucapkan adalah Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dengan aku bersaksi bahwasanya Kau adalah Allah tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi dengan benar melainkan Kau zat yang satu, zat yang semua makhluk meminta kepadaMu, zat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada yang setara dengannya. Maka nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda :  “Demi zat yang  jiwaku berada ditanganNya. Sungguh laki-laki ini telah  meminta kepada Allah dengan namaNya yang Agung yang apabila seseorang berdo’a dengan sifat-sifat ini maka Allah kabulkan dan apabila meminta dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya maka Allah berikan (Hadits riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi Dishohihkan Syaikh Albani).

  • Surat Al Ikhlas ini dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dishalat sunah sebelum subuh dirakaat kedua, pada shalat sunah sebelum magrib dirakaat kedua, shalat setelah thowaf dirakaat kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  juga membacanya ketika witir.
  • Demikianlah kandungan surat Al Ikhlas beserta keutamaannya. Semoga penjelasan diatas bisa dipahami dan diamalkan, amin. Wallahu a’lam. (ditulis oleh: Ustadzah Ummu Rufaidah)

  • Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, “Memurnikan Keesaan Allah”) adalah surah ke-112 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, “Allahu ahad, Allahus shamad” (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.
  • Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka’ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu.” Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa’id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini.
  • Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A’la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, “Allahu Ahad, Allahu Ahad!!” (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]
  • Pendapat lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata “al-Musyrikin” dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berkata, “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]