JANGAN MERASA SOLEH KALAU BELUM PERNAH ATAU MEMBAYAR ZAKAT TERLEBIH ZAKAT HARTA KARENA INI rukun ISLAM YANG KE 4
================================Topic box Works 100% in Indonesian language
Sudah terlalu banyak orang yang terperosok dalam lembah kemaksiatan dan tenggelam dalam syhawat akibat ulahnya.
Penebar “racun” di seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Menyeret
manusia menjadi penghuni An Naar. Penampakannya yang kasat mata semakin
membuat leluasa gerakannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman
(artinya):
“Sesungguhnya syaithan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Al A’raaf: 27)
Syaithan adalah sumber dari segala kejelekan yang ada, perancang dari
segala makar, peramu segala racun, menghembuskan was-was ke dalam
hati-hati manusia, mengemas perbuatan jelek sebagai perbuatan yang baik.
Sehingga kebanyakan manusia terpedaya dengan makar dan racunnya.
Namun kita tidak boleh gegabah dengan mengatakan ‘celaka kamu wahai
syaithan’, justru syaithan semakin membesar seperti besarnya rumah.
Tetapi bacalah basmalah (bismillah) niscaya syaithan semakin kecil
seperti lalat. (HR. Abu Dawud no. 4330)
Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah memberikan penawar bagi
“racun” yang ditimbulkan oleh syaithan tersebut. Allah subhanahu
wata’ala berfirman (artinya):
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Al Isra’: 82)
Dan tidaklah Allah subhanahu wata’ala menurunkan suatu penyakit
kecuali Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan penawarnya. Salah
satu dari penawar tersebut adalah surat An Naas, salah satu surat yang
terdapat di dalam Al Quran dan terletak di penghujung atau bagian akhir
darinya serta termasuk surat-surat pendek yang ada di dalam Al Quran.
Pada kajian kali ini, kami akan mengajak pembaca untuk mengkaji tentang
keutamaan surat An Naas dan apa yang terkandung di dalamnya.
Keutamaan surat An Naas
Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah (turun sebelum hijrah)
menurut pendapat para ulama di bidang tafsir, diantaranya Ibnu Katsir
Asy Syafi’i dan Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’dy.
Surat An Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat
yang mengandung permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat Al
Falaq. Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi diantara
surat-surat yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya
yaitu Al Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (H.R Muslim
no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944)
Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk membentengi dari
pandangan jelek jin maupun manusia. (HR. At Tirmidzi no. 1984, dari
shahabat Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu)
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua
surat ini dan surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan
wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat
‘Uqbah bin ‘Amir membawakan hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (HR. Abu Dawud
no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.
1514)
Al Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu pagi dan sore.
Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore,
niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya dari segala sesuatu.
(HR. Abu Dawud no. 4419, An Naasaa’i no. 5333, dan At Tirmidzi no. 3399)
Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat sebelum tidur.
Caranya, membaca ketiga surat ini lalu meniupkan pada kedua telapak
tangannya, kemudian diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh
anggota badan, sebanyak tiga kali. (HR. Al Bukhari 4630
Al Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala
islami dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an). Dipenghujung kehidupan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau dalam keadaan sakit.
Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya
semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al Muawwidzat
tersebut. (HR. Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195)
Tafsir Surat An Naas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada Rabb manusia.”
مَلِكِ النَّاسِ
“Raja manusia.”
إِلَهِ النَّاسِ
“Sembahan manusia.”
Sebuah tarbiyah ilahi, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya sekaligus
Khalil-Nya untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia
adalah Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki), Al
Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini), dan Al Ilah
(satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi). Dengan ketiga sifat Allah
subhanahu wata’ala inilah, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memohon perlindungan hanya
kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan.
Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu
wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu
wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau
adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau
adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta
pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
Karena hal itu termasuk perbuatan ghuluw (ekstrim), memposisikan Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam bukan pada tempat yang semestinya. Bahkan
beliau shalallahu ‘alaihi wasallam melarang dari perbuatan seperti itu.
Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersada:
“Janganlah kalian berbuat ghuluw kepadaku sebagaimana Nashara telah
berbuat ghuluw kepada Ibnu Maryam. Aku ini hanyalah seorang hamba, maka
katakanlah Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Akan tetapi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang nabi dan rasul yang wajib ditaati dan diteladani.
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”
Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar,
adapun al khannas adalah mundur. Maka bagaimana maksud dari ayat ini?
Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang
menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah
subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al
Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala,
maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan
manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang
yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Jawaban ini dikuatkan oleh Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya
ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas,
yaitu: “Syaithan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau
lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia
mengingat Allah subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Inilah misi syaithan yang selalu berupaya menghembuskan was-was kepada
manusia. Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik. Mengemas
kebenaran dengan kemasan yang buruk. Sehingga seakan-akan yang batil itu
tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang dihembuskan
kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala kisahkan dalam
firman-Nya (artinya):
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk mendekati
pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau
tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al jannah/surga)”. (Al
A’raf: 20)
Demikian pula perhatikan, kisah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam sedang beri’tikaf. Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri
beliau shalallahu ‘alaihi wasallam) mengunjunginya di malam hari.
Setelah berbincang beberapa saat, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam mengantarkannya pulang ke kediamannya. Namun perjalanan
keduanya dilihat oleh dua orang Al Anshar. Kemudian syaithan
menghembuskan ke dalam hati keduanya perasaan was-was (curiga).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihat gelagat yang kurang baik
dari keduanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
segera mengejarnya, seraya bersabda:
“Tenanglah kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka
berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh bani Adam sesuai
dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada kalian sesuatu
atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
Demikianlah watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat
ke dalam hati manusia. Apalagi Allah subhanahu wata’ala dengan segala
hikmah-Nya telah menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi
setiap manusia, bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga ada
pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang
pendamping dari kalangan jin, maka para shahabat berkata: Apakah
termasuk engkau wahai Rasulullah? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: Ya, hanya saja Allah telah menolongku darinya, karena ia
telah masuk Islam, maka dia tidaklah memerintahkan kepadaku kecuali
kebaikan”. (HR. Muslim no. 2814)
مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dari (golongan) jin dan manusia.”
Dari ayat ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada
manusia tidak hanya dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa berperan
sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas dalam ayat lain (artinya):
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian
mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
Maka salah satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari
kalangan jin dan manusia adalah sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala (artinya): “Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu
gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)
Berbicara tentang waris dalam hukum Islam, terlebih dahulu kita
harus mengetahui sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak waris
dari kerabatnya yang lain.
3.Wala’,
yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budak perempuan.
Jadi jika ada pernikahan yang sah antara calon suami dan istri,
ketika suami wafat, istri mendapatkan hak waris. Begitupun sebaliknya, ketika
istri wafat, suami mendapatkan hak waris. Sebagaimana yang termaktub dalam
kitab al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 12 :
4. An Nisaa'
12. Dan bagimu (suami-suami)
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat
harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai
anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar
hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara
laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar
hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun.
[274]. Memberi mudharat kepada waris itu
ialah tindakan-tindakan seperti:
a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta
pusaka.
b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang
dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
Dan hal-hal yang menghalangi seseorang untuk menerima harta warisan
adalah:
1.Kekafiran
لا يرث الكافر المسلم ولا المسلم الكافر
“Orang kafir tidak dapat mewarisi orang
muslim, dan orang muslim tidak dapat mewarisi orang kafir.” (HR. Ahmad)
2.Pembunuhan
ليس للقاتل من تركة المقتول شيء
“Seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan
harta warisan sedikitpun dari orang yang dibunuhnya.” (HR. Ibnu Abdul Barr)
3.Perbudakan
4.Perbuatan
zina
5.Li’an (sumpah)
6.Bayi
yang meninggal saat lahir
Berdasarkan ketentuan di atas, hubungan nasab (darah) merupakan
syarat yang benar-benar harus terpenuhi jika ahli waris adalah anak (keturunan)
dari pewaris. Dan anak tersebut harus dari hasil pernikahan kedua orang tuanya
yang sah sesuai syari’at Islam. Namun jika tidak ada ikatan pernikahan antara
keduanya, maka otomatis si anak putus hubungan dengan bapaknya karena si bapak
juga tidak ada ikatan dengan ibunya. Jadi si anak tersebut hanya dinasabkan
kepada ibunya saja. CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT Dan hubungan nasab dengan bapaknya terputus. Jadi, jika ibunya wafat, anak tersebut mendapatkan hak waris dari
ibunya. Begitu pula sebaliknya, jika anak tersebut wafat, ibu mendapat hak
waris dari anaknya. Sedangkan jika ayahnya wafat, anak tersebut tidak
mendapatkan hak waris dari ayahnya. Begitu juga sebaliknya, jika anak tersebut
wafat, ayah tidak mendapatkan hak waris dari anaknya.
Sebagai contoh, jika ada perempuan yang ingin menikah dengan
laki-laki yang membawa anak bawaan dari hasil zina atau hasil pernikahan yang
tidak sah, maka anak itu tidak mendapatkan hak waris dari ayahnya. Tapi mereka bisa
mendapatkan hak selain dari hak waris, seperti hadiah atau wasiat.
Surah Al-Ikhlas adalah surah ke 112 dalam Al-Qur’an. Arti dari surah
Al-Ikhlas adalah Keesaan Allah atau monotheistic. Surah ini tergolong
surah Makkiyah yang diturunkan di Kota Mekkah berisikan 4 ayat. Makna Surah Al Ikhlas 1http://learnfiqih.blogspot.com
Arti surah Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ١
“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa”. Makna Surah Al Ikhlas 1
Diriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus Amir bin Tufail
kepada Nabi Muhammad SAW, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia
berkata: “Engkau telah memecahbelahkan keutuhan kami, memaki-maki
“tuhan” kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau
kaya kami berikan engkau harta dan jika engkau gila akan kami obati.
Jika engkau wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya”.
Rasulullah SAW menjawab: Makna Surah Al Ikhlas 1
لست بفقير ولا مجنون ولا هويت امرأة أنا رسول الله أدعوكم من عبادة
الأصنام إلى عبادته. فأرسلوه ثانية وقالوا: قل له بين لنا جنس معبودك. امن
ذهب أو من فضة؟ فأنزل الله هذه السورة
“Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku
adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan
mulai menyembah Allah Yang Maha Esa”, kemudian mereka mengutus utusannya
yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada
kami macam Tuhan yang engkau sembah itu. Apakah Dia dari emas atau
perak?”, lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak) Makna Surah Al Ikhlas 1 http://learnfiqih.blogspot.com
اللَّهُ الصَّمَدُ ٢
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” Makna Surah Al Ikhlas 1
Dijelaskan bahwa hanya kepada Allah tempat meminta dan memohon. Makna Surah Al Ikhlas 1
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ٣
“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan” http://learnfiqih.blogspot.com
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai
anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang
mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan
dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah. Makna Surah Al Ikhlas 1 http://learnfiqih.blogspot.com
Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman: http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون
Artinya:
Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah)
“Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak
laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa
perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya
mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: “Allah beranak”. Dan
sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Q.S. As Saffat: 149-152). Makna Surah Al Ikhlas 1
Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Dengan demikian Dia
tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak
ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut. Ibnu ‘Abbas berkata: “Dia
tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula
diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang
mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap
orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah. Makna Surah Al Ikhlas 1
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ٤
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” http://learnfiqih.blogspot.com
Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan
sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah
tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan
menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang
musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah. Makna Surah Al Ikhlas 1
Keutamaan Surah Al-Ikhlas
Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi
Muhammad SAW yaitu mentauhidkan Allah SWT dan mensucikanNya serta
meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan
yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai
dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasanNya berupa pahala
dan dosa. Telah diriwayatkan dalam hadis, “Bahwa surah ini sebanding
dengan sepertiga Alquran,” karena barang siapa menyelami artinya dengan
bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua
penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan
kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi
surah ini. http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
Dalam hadis lainnya juga dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda bahwa pahala membaca surah Al-Ikhlas sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3x surah Al-Ikhlas sama dengan
mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa
kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk
mengkhatam Al-Qur’an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu,
namun begitu Alimenyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum
mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah
Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam
hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki
peran dalam Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur’an. Makna Surah Al Ikhlas 1
Keutamaan lain Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad
ketika melakukan Isra’ ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi
dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi
terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara
itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga
terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas
dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan
kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad(ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad
(ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh
pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Lalu berkaitan
sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali. http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca
al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam
kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul
Mustaqim menuju surga. http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
Ternyata dari surah singkat Al-Ikhlas alias “Qulhu” merupakan
fundamental ketauhidan seorang mukmin kepada khaliqnya. Surah yang
berisikan ketauhidan/ keesaan Allah SWT atau monotheistic ini berisikan
1/3 dari nilai yang ada didalam Al-Qur’an. So, buat teman-teman
yang masih suka shalat dan membaca surah Al-Ikhlas ini ada alasan
kenapa kita sering membaca surah ini dalam shalat kita bukan hanya
karena surah yang pendek dan mudah dihapalkan tentunya.http://learnfiqih.blogspot.comMakna Surah Al Ikhlas 1
“Katakanlah” – Hai Utusan-Ku- “Dia adalah Allah, Maha Esa.” (ayat 1).
Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa
yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja.
Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak
bersekutu yang lain dengan Dia. Makna Surah Al Iklas 2
Pengakuan atas Kesatuan, atau Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan
nama-Nya ialah Allah, kepercayaan itulah yang dinamai TAUHID. Berarti
menyusun fikiran yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak mungkin Tuhan
itu lebih dari satu. Sebab Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan akal
yang sihat dan berfikir teratur hanya sampai kepada SATU. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak
pula ada teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau Dia lebih dari satu.
Karena kalau Dia berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya. Kekuasaan yang
terbagi, artinya sama-sama kurang berkuasa. Makna Surah Al Iklas 2
“Allah adalah pergantungan.” (ayat 2). Artinya, bahwa segala sesuatu
ini adalah Dia yang menciptakan, sebab itu maka segala sesuatu itu
kepada-Nyalah bergantung. Ada atas kehendak-Nya. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Kata Abu Hurairah: “Arti Ash-Shamadu ialah segala sesuatu
memerlukan dan berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya, sedang
Dia tidaklah berlindung kepada sesuatu jua pun.
Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang Dia mau dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.” Makna Surah Al Iklas 2
Muqatil mengartikan: “Yang Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.”
“Tidak Dia beranak, dan tidak Dia diperanakkan.” (ayat 3). Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Mustahil Dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa
yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Seseorang
yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak
keturunan. Karena dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung.
Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu.
Tetapi seseorang yang hidup, lalu beranak dan bersambung lagi dengan
cucu, besarlah hatinya, karena meskipun dia mesti mati, dia merasa ada
yang menyambung hidupnya. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Oleh sebab itu maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan
anak. Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati. Dahulunya
tidak berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan
kekal terus, sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau
menyambung kekuasaan-Nya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera
mahkota. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan. Tegasnya tidaklah Dia
berbapa. Karena kalau dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian
lahir ke dunia dari ayahnya, dan kemudian ayah itu pun mati. Si anak
menyambung kuasa. Kalau seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa
Allah itu beranak dan anak itu ialah Nabi Isa Almasih, yang menurut
susunan kepercayaan mereka sama dahulu tidak bepermulaan dan sama akhir
yang tidak berkesudahan di antara sang bapa dengan sang anak, maka
bersamaanlah wujud di antara si ayah dengan si anak, sehingga tidak
perlu ada yang bernama bapa dan ada pula yang bernama anak. Dan kalau
anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau
ketuhanan yang tidak perlu, kalau diakui bahwa si bapa kekal dan tidak
mati-mati, sedang si anak tiba kemudian. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
“Dan tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun.” (ayat 4).
Keterangan: Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal
waktu tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaan-Nya. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda
yaitu sebelum bapa-Nya mati. Kalau diakui bahwa Dia terbilang, ada bapa
ada anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun
akan mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama kurang kekuasaannya.
Kalau ada dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya, sama
kekuasaannya atas alam, tidak ada fikiran sihat yang akan dapat menerima
kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau keduanya
sama tarafnya, yang berarti sama-sama kurang kuasa-Nya, yakni
masing-masing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang sempurna
ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah tuhan. Itu masih alam,
itu masih lemah. Makna Surah Al Iklas 2
Yang Tuhan itu ialah Mutlak Kuasa-Nya, tiada berbagi, tiada separuh
seorang, tiada gandingan, tiada bandingan dan ada tiada tandingan. Dan
tidak pula ada tuhan yang nganggur, belum bertugas sebab bapanya masih
ada! Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. Itulah yang
dirasakan oleh akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah
dia dan tidak bersih lagi. Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula
Surat Al-Ikhlas, artinya sesuai dengan jiwa murni manusia, dengan
logika, dengan berfikir teratur. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir bahwa asal mula Surat ini turun: “Shif lanaa rabaka”
ialah karena pernah orang musyrikin itu meminta kepada Nabi (Coba
jelaskan kepada kami apa macamnya Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga
atau loyangkah?). Makna Surah Al Iklas 2
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka’ab,
memang ada orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab
(keturunan atau sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas
ini tentang Tuhan. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Abus Su’ud berkata dalam tafsirnya: “Diulangi nama Allah sampai dua
kali (ayat 1 dan ayat 2) dengan kejelasan bahwa Dia adalah Esa, Tunggal,
Dia adalah penggantungan segala makhluk, supaya jelaslah bahwa yang
tidak mempunyai kedua sifat pokok itu bukanlah Tuhan. Di ayat pertama
ditegaskan Keesaan-Nya, untuk menjelaskan bersih-Nya Allah dari
berbilang dan bersusun, dan dengan sifat Kesempurnaan Dia tempat
bergantung, tempat berlindung; bukan Dia yang mencari perlindungan
kepada yang lain, Dia tetap ada dan kekal dalam kesempurnaan-Nya, tidak
pernah berkurang. Dengan penegasan “Tidak beranak”, ditolaklah
kepercayaan setengah manusi bahwa malaikat itu adalah anak Allah atau
Isa Almasih adalah anak Allah. Tegasnya dari Allah itu tidak ada timbul
apa yang dinamai anak, karena tidak ada sesuatu pun yang mendekati jenis
Allah itu, untuk jadi jodoh dan “teman hidupnya”, yang dari pergaulan
berdua timbullah anak.” – Sekian Abus Su’ud. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Imam Ghazali menulis di dalam kitabnya “Jawahirul-Qur’an” :
“Kepentingan Al-Qur’an itu ialah untuk ma’rifat terhadap Allah dan
ma’rifat terhadap hari akhirat dan ma’rifat terhadap Ash-Shirathal Mustaqim.
Ketiga ma’rifat inilah yang sangat utama pentingnya. Adapun yang lain
adalah pengiring-pengiring dari yang tiga ini. Maka Surat Al-Ikhlas
adalah mengandung satu daripada ma’rifat yang tiga ini, yaitu
Ma’rifatullah, dengan memberishkan-Nya, mensucikan fikiran terhadap-Nya
dengan mentauhidkan-Nya daripada jenis dan macam. Itulah yang dimaksud
bahwa Allah bukanlah pula bapa yang menghendaki anak, laksana pohon. Dan
bukan diperanakkan, laksana dahan yang berasal dari pohon, dan bukan
pula mempunyai tandingan, bandingan dan gandingan.”
Ibnul Qayyim menulis dalam Zaadul Ma’ad: “Nabi SAW selalu membaca
pada sembahyang Sunnat Al-Fajar dan sembahyang Al-Witir kedua Surat
Al-Ikhlas dan Al-Kaafiruun. Karena kedua Surat itu mengumpulkan Tauhid,
Ilmu dan Amal, Tauhid Ma’rifat dan Iradat, Tauhid I’tiqad dan Tujuan.
Surat Al-Ikhlas mengandungi Tauhid I’tiqad dan Ma’rifat dan apa yang
wajib dipandang tetap teguh pada Allah menurut akal murni, yaitu Esa,
Tunggal. Naf’i yang mutlak daripada bersyarikat dan bersekutu, dari segi
mana pun. Dia adalah Pergantungan yang tetap, yang pada-Nya terkumpul
segala sifat kesempurnaan, tidak pernah berkekurangan dari segi mana
pun. Naf’i daripada beranak dan diperanakkan, karena kalau keduanya itu
ada, Dia tidak jadi pergantungan lagi dan Keesaan-Nya tidak bersih lagi.
Dan Naf’i atau tidaknya kufu’, tandingan, bandingan dan gandingan
adalah menafikan perserupaan, perumpamaan ataupun pandangan lain. Sebab
itu makna Surat ini mengandung segala kesempurnaan bagi Allah dan
menafikan segala kekuarangan. Inilah dia Pokok Tauhid menurut ilmiah dan
menurut akidah, yang melepaskan orang yang berpegang teguh kepadanya
daripada kesesatan dan mempersekutukan. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Itu sebab maka Surat Al-Ikhlas dikatakan oleh Nabi Sepertiga Qur’an.
Sebab Al-Qur’an berisi Berita (Khabar) dan Insyaa. Dan Insyaa mengandung
salah satu tiga pokok: (1) perintah, (2) larangan, (3) boleh atau
diizinkan. Dan Khabar dua pula: (1) Khabar yang datang dari Allah
sebagai Pencipta (Khaliq) dengan nama-nama-Nya dan hukum-hukum-Nya. (2)
Khabar dari makhluk-Nya, maka diikhlaskanlah oleh makhluk di dalam Surat
Al-Ikhlas tentang nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, sehingga jadilah
isinya itu mengandung Sepertiga Al-Qur’an. Dan dibersihkannya pula
barangsiapa yang membacanya dengan Iman, daripada mempersekutukan Allah
secara ilmiah. Sebagaimana Surat Al-Kaafiruun pun telah membersihkan
dari syirik secara amali, yang timbul dari kehendak dan kesengajaan.” –
Sekian Ibnul Qayyim. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Ibnul Qayyim menyambung lagi: “Menegakkan akidah ialah dengan ilmu.
Persediaan ilmu hendaklah sebelum beramal. Sebab ilmu itu adalah Imam,
penunjuk jalan, dan hakim yang memberikan keputusan di mana tempatnya
dan telah sampai di mana. Maka “Qul Huwallaahu Ahad” adalah puncak ilmu
tentang akidah. Itu seba maka Nabi mengatakannya sepertiga Al-Qur’an.
Hadis-hadis yang mengatakan demikian boleh dikatakan mencapai derajat
mutawatir. Dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” sama nilainya dengan
seperempat Al-Qur’an. Dalam sebuah Hadis dari Termidzi, yang dirawikan
dari Ibnu Abbas dijelaskan: “Idzaa Zulzilatil Ardhu” sama nilainya
dengan separuh Al-Qur’an. “Qul Huwallahu Ahad” sama dengan sepertiga
Al-Qur’an dan “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna” sama nilainya dengan
seperempat Al-Qur’an.
Al-Hakim merawikan juga Hadis ini dalam Al-Mustadriknya dan beliau berkata bahwa Isnad Hadis ini shahih. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
***
Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dari
Aisyah, – moga-moga Allah meridhainya – bahwa Nabi SAW pada satu waktu
telah mengirim siryah (patroli) ke suatu tempat. Pemimpin patroli itu
tiap-tiap sembahyang yang menjahar menutupnya dengan membaca “Qul
Huwallaahu Ahad.” Setelah mereka kembali pulang, mereka khabarkanlah
perbuatan pimpinan mereka itu kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW berkata:
“Tanyakan kepadanya apa sebab dia lakukan demikian.” Lalu mereka pun
bertanya kepadanya, (mengapa selalu ditutup dengan membaca “Qul
Huwallaahu Ahad”). http://learnfiqih.blogspot.com
Dia menjawab: “Itu adalah sifat dari Tuhan Yang Bersifat Ar-Rahman, dan saya amat senang membacanya.” Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Mendengar keterangan itu bersabdalah Nabi SAW: “Katakanlah kepadanya bahwa Allah pun senang kepadanya.” Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Dan terdapatlah juga beberapa sabda Rasul yang lain tentang kelebihan
Surat Al-Ikhlas ini. Banyak pula Hadis-hadis menerangkan pahala
membacanya. Bahkan ada sebuah Hadis yang diterima dari Ubay dan Anas
bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Diasaskan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi atas Qul Huwallaahu Ahad.”
Betapa pun derajat Hadis ini, namun maknanya memang tepat. Al-Imam
Az-Zamakhsyari di dalam Tafsirnya memberi arti Hadis ini: “Yaitu
tidaklah semuanya itu dijadikan melainkan untuk menjadi bukti atas
mentauhidkan Allah dan mengetahui sifat-sifat Allah yang disebutkan
dalam Surat ini.” http://learnfiqih.blogspot.com
Diriwayatkan oleh Termidzi dari Abu Hurairah, berkata dia: “Aku
datang bersama Nabi SAW tiba-tiba beliau dengar seseorang membaca “Qul
Huwallaahu Ahad”. Maka berkatalah beliau SAW: “Wajabat” (Wajiblah). Lalu
aku bertanya: “Wajib apa ya Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Wajib orang
itu masuk syurga.” Kata Termidzi Hadis itu Hasan (bagus) dan shahih. Makna Surah Al Iklas 2http://learnfiqih.blogspot.com
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah
bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan
mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa
kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk
mengkhatam Al-Qur’an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu,
namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum
mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah
Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam
hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki
peran dalam Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca
sepertiga Al-Qur’an.
Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah
Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di
Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000
malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena
banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama
Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti
biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian
yang sedang terjadi di Madinah.
Keutamaan lain
Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan
Isra’ ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar
sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara
sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur
ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat
dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu
mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca
al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu
Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada
sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan
Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang
membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan
Al-Qur’an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul
Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad
(ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi
Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.
Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca
al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam
kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul
Mustaqim menuju surga.
Sifat Jaiz Bagi Allah
SIFAT SIFAT JAIZ BAGI ALLAH
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat
boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi
Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin membuatnya
”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya.
Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau meninggalkannya.
Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan
matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk
tidak menciptakannya.
Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau
mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau
mematikan.
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (al-Qashash 6)
Hikmah Dan Atsar
Tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa
Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah
Dzat yang Maha Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha
dan doa manusia hanya sekedar perantara untuk mengharap belas kasih
Allah dalam mengabulkan apa yang diinginkan. Keputusan akhir adalah
mutlak ada pada kekuasaa Allah.
– الجائز في حق الله تعالى : يجوز في حقه تعالى فعل كل ممكن أو تركه فهو الفاعل المختار لكل شيئ خيرا كان أو شرا قال الله تعالى {
وَللَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا
يَشَآءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ } و الدليل العقلي على ذلك
انه لو لم يكن فعل كل ممكن أو تركه جائزا في حقه لكان واجبا فيصير الممكن
واجبا و لو استحال عليه شيئ منها لصار الممكن مستحيلا و كلاهما باطل
SIFAT JAIZ ALLAH (SIFAT BOLEH BAGI ALLAH)
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi Allah ada lagi sifat
boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah, artinya boleh atau
mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin
juga membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau
meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk memilih, membuat sesuatu
atau meninggalkannya. Dan dalam pembuatan apa saja Allah itu tidak
dipaksa atau terpaksa. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah
menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau
mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi
Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah
mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di
antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Ma’idah: 17)
Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk
memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah
adalah Dzat yang Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa
dipaksa berarti wajib dilakukan. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat
itu.
SEBAB DITURUNKAN DAN PENAMAAN JUGA KANDUNGAN SURAT AL IKHLAS VERSI LENGKAP
SEBAB DITURUNKAN DAN PENAMAAN SURAT AL IKHLAS
Sebab diturunkannya surat Al Ikhlas dikarenakan kaum musyrikin menanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang Nasab Allah,Maka turunlah surat ini
“Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab berkata bahwasanya orang-orang musyrikin berkata kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad sebutkan kepada kami tentang nasab Robbmu.” Maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan surat ini yang artinya : “Katakanlah (wahai Muhammad) Dia lah Allah Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara denganNya.” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim, ini lafadz yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Pada lafadz Imam Tirmidzi yang serupa dengan lafadz diatas dihasankan oleh Syaikh Albani di dalam shohih wa dhoif Sunan Tirmidzi).
Dinamakan surat Al Ikhlas dikarenakan pada surat ini terdapat penjelasan tentang pensucian yang sempurna untuk
KANDUNGAN SURAT AL IKHLAS
AYAT PERTAMA ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ )
Berkata I’krimah, ketika yahudi berkata : “Kami beribadah kepada Uzair anak Allah” Nasharo berkata “kami beribadah kepada Al masih (Isa bin Maryam)”, berkata majusi (penyembah api) kami “beribadah kepada matahari dan bulan”. Dan orang-orang musyrikin berkata “kami beribadah kepada berhala.” Maka Allah turunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Maknanya Dialah Allah yang satu yang tidak ada sebanding denganNya, tidak ada pembantu bagi Allah, tidak ada yang setara dengan Allah, tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sama dengan Allah. Pada lafadz diatas tidak ditetapkan pada selain Allah. Namun ditetapkan hanya pada Allah saja. Dikarenakan Allah sempurna pada seluruh sifat dan perbuatannya. (lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 8 hal.414)
Para pembaca yang semoga Allah Subhanahu wata’ala berkahi, setelah kita memahami kandungan ayat pertama, maka mari kita beramal dengan yakin bahwa sepantasnya Allah yang berhak diberikan ibadah kepadaNya secara keseluruhan, kita tidak menjadikan tandingan bagi Allah pada ibadah kita.
Dan seharusnya kita murnikan ibadah dengan mengikuti cara ibadah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam . Itulah ibadah yang paling benar, paling mudah dan paling menenangkan, sehingga degan demikian telah terwujudlah syahadat kita yakni artinya: tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.
AYAT KEDUA ( اللَّهُ الصَّمَدُ )
Maknanya adalah Allah Subhanahu wata’ala memiliki kesempurnaan sifat yang mulia yang seluruh makhluk meminta seluruh kebutuhan dan keinginan pada Allah. Allah adalah pemimpin. Dan Allah tidak makan dan tidak minum, dan Allah maha kekal. (diringkas dari beberapa kitab : tafsir Thobari, tafsir Ibnu Katsir, tafsir Sa’adi, tafsir Juz Amm karya Syaikh Utsaimin, dan tafsir Muyassar).
Pada ayat kedua ini penulis mengajak para pembaca agar menujukan permintaan hanya kepada Allah saja. Ketika kita berdo’a agar ditambahkan rezki atau kita berdo’a yang lainnya, maka hendaknya hanya meminta kepada Allah saja, tidak meminta kepada orang yang sudah mati atau dukun.
Karena do’a adalah ibadah yang harus diberikan hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan apabila berdo’a kepada Allah lalu menjauhi perkara-perkara yang haram maka do’a akan dikabulkan.Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepadaKu agar mereka memperoleh kebenaran.” (Al- Baqaroh: 186).
AYAT KETIGA ( لَمْ يَلِدْ، وَلَمْ يُولَدْ )
Maknanya adalah Allah tidak butuh anak, tidak butuh orang tua atau istri. Disebabkan sempurnanya kekayaan Allah Subhanahu wata’ala . Dan dikarenakan tidaklah sesuatu yang dilahirkan melainkan akan mati dan dan tidaklah sesuatu yang mati melainkan diwarisi (orang lain). Sebagaimana hadits dari Abu A’liyah secara mursal:
“Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan dikarenakan tidaklah sesuatu yang mati melainkan akan diwarisi (orang lain), dan Robb kita tidak mati dan tidak akan mewariskan, tidak ada yang setara, sama dan sebanding bagi Allah. (Hadits riwayat Tirmidzi). Dan hadits ini ada pendukungnya dari hadits Jabir.
Dan sesungguhnya pujian Allah tidak akan musnah dan tidak akan diwarisi (kami kumpulkan dari beberapa kitab : tafsir Thobari, tafsir Ibnu katsir, tafsir Karimmurrohman karya Syaikh Assa’dy, tafsir Juz Amm karya Syaikh Utsaimin dan Fathul Baari syarh Shohih Bukhori ).
Maknanya adalah tidak ada yang serupa dan setara dengan Allah, tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan Allah, tidak sama pada nama-nama Allah, tidak pula pada sifat-sifatNya, dan tidak pula sama dengan perbuatan-perbuatan Allah. Dan Maha suci Allah sehingga pantaslah Allah tiadakan / menolak adanya bapak atau anak atau yang semisal dengan Allah.
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLAS
1. SURAT AL IKHLAS SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL QUR’AN. Dalam hadits dari Abu Darda’ dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Apakah salah seorang dari kalian mampu membaca sepertiga Al Qur’an dalam satu malam? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sebanding dengan sepertiga Al Qur’an” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dan ini lafadz Muslim).
Maksud dari surat Al Ikhlas adalah sepertiga Al Qur’an bukanlah kita mencukupkan baca surat Al Ikhlas tiga kali kemudian tidak membaca surat-surat yang lain yang ada dalam Al Qur’an. Namun maksud sebanding sepertiga Al Qur’an adalah didalam Al Qur’an disebutkan tiga hal tiga hal :
PERTAMA: Kisah-kisah KEDUA: Hukum-hukum KETIGA: Sifat-sifat Allah
Pada surat Al Ikhlas ini hanya disebutkan sifat-sifat Allah saja sehingga sebanding dengan sepertiga Al Qur’an. Dan juga dikatakan maknanya pahala yang membacanya dilipat gandakan sekedar atau sebesar pahala orang yang membaca sepertiga Al Qur’an.
2. SIAPA YANG MEMBACANYA MAKA BAGINYA SURGA. Di dalam hadits dari Abu Hurairah berkata aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu seseorang yang sedang membaca Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Telah ditetapkan bagimu, maka laki-laki itu bertanya, apa yang telah ditetapkan bagiku wahai Rasulullah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Jannah (surga)”. (Hadits riwayat Tirmidzi, An nasa’i, di shohihkan Syaikh Albani dalam shohih wa dhoif sunan An nasa’i ).
3. SIAPA YANG BERDO’A DIDAHULUI DENGAN PENYEBUTAN SIFAT ALLAH YANG ADA DALAM SURAT INI MAKA ALLAH KABULKAN DO’ANYA. Di dalam hadits diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah al Aslami dari bapaknya:
عن عبد الله بن بريدة الأسلمي عن أبيه قال سمع النبي صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو وهو يقول اللهم إني أسألك بأني أشهد أنك أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد قال فقال والذي نفسي بيده لقد سأل الله باسمه الأعظم الذي إذا دعي به أجاب وإذا سئل به أعطى
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seseorang berdo’a yang dia ucapkan adalah Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dengan aku bersaksi bahwasanya Kau adalah Allah tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi dengan benar melainkan Kau zat yang satu, zat yang semua makhluk meminta kepadaMu, zat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada yang setara dengannya. Maka nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Demi zat yang jiwaku berada ditanganNya. Sungguh laki-laki ini telah meminta kepada Allah dengan namaNya yang Agung yang apabila seseorang berdo’a dengan sifat-sifat ini maka Allah kabulkan dan apabila meminta dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya maka Allah berikan (Hadits riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi Dishohihkan Syaikh Albani).
Surat Al Ikhlas ini dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dishalat sunah sebelum subuh dirakaat kedua, pada shalat sunah sebelum magrib dirakaat kedua, shalat setelah thowaf dirakaat kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga membacanya ketika witir.
Demikianlah kandungan surat Al Ikhlas beserta keutamaannya. Semoga penjelasan diatas bisa dipahami dan diamalkan, amin. Wallahu a’lam. (ditulis oleh: Ustadzah Ummu Rufaidah)
Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, “Memurnikan Keesaan Allah”) adalah surah ke-112 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, “Allahu ahad, Allahus shamad” (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.
Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka’ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu.” Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa’id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini.
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A’la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, “Allahu Ahad, Allahu Ahad!!” (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]
Pendapat lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata “al-Musyrikin” dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berkata, “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]
Dalam Syari'at Islam kita menjumpai tentang hukum. di antaranya Wajib,
sunnah (mandub), makruh, haram, dan mubah. hukum-hukum ini dalam ilmu
Ushul fiqh biasa di sebut dengan hukum taklifi yang berkaitan dengan
perbuatan manusia. Wajib dapat dibagi- bagi berdasarkan substansi,
waktu, dan objek yang mengerjakan.
A.Pembagian wajib brdasarkan substansi
Berdasarkan substansinya, wajib bisa di bagi menjadi 2 macam :
1. Wajib Mu'ayin
Secara bahasa mu'ayin adalah sesuatu yang sudah jelas atau tentu. adapun
menurut istilah wajib mu'ayin adalah wajib yang sudah di jelaskan
kadar ukuran serta tata caranya. kita tidak dapat mengelak dari tuntutan
perintah kuwajiban itu. misalnya kewajian kita dalam melaksankan zakat.
apabila harta kita sudah sampai satu nisab, maka kita harus
mengeluarkan zakatnya dan tidak ada pilihan lagi bagi kita. jika kita
meninggalkannya atau tidak mengeluarkan zakat tersebut, maka kita akan
berdosa.
2. Wajib Mukhoyir
Mukhoyir secara bahasa artinya memilih. sedangkan menurut istilah wajib
mukhoyir adalah perintah yang mewajibkan kepada kita untuk melaksanakan
perintah tersebut. namun di sini ada pilhan bagi mukalaf unuk memilih
salah satu di antara kuwajiban tersebut. contohnya kewajiban dalam
membayar kifarat. dalam pembayaran kifarat, Allah SWT memerintahkan
kepada kita untuk memerdekan budak atau memberi makaan terhadap 10 orang
fakir miskin atau memberi pakaian kepada 20 orang fakir miskin. di sini
kita dapat meilih mana yang mau kita kerjakan. apakah memerdekakan
budak, atau memberi makan fakir miskin, atau memberi pakaian kepada
fakir miskin. dan apabila kita telah mngerjakan salah satu pilihan
tersebut, maka gugurlah ketiga-tiganya. artinya. perinta Allah untuk
membayar kifarat telah gugur.
B. Berdasarkan waktu pelaksananaanya
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, wajib di bagi menjadi 3 bagian :
1. Wajib Mudloyaq
Wajib mudloyaq adalah wajib yang waktu pelaksanaan sesuai dengan
perintah yang di Syariat kan. tidak bisa di tambah ataupun dikurangi.
contohnya adalah perntah puasa. Allah telah mensyariatkan kepada
hambanya untuk berpuasa mulai terbitnya fajar sampai terbenanyamnya
matahari. kita tidak dapat dapat menambahnya ataupun mengurungi kadar
waktu yang telah di tentukan oleh syari'at.
2. Wajib Yunaqqis
Wajib yunaqqis adalah wajib yang pelaksanaanya lebih sedikit atau
berkurang daripada waktu yang telah di tentukan oleh syariat. contohnya
adalah orang wanita yang sedang haid. ketika dia haid dia di larang
sholat. tetapi pada jam 2 siang tiba-tiba haidnya sudah berhenti maka
dia wajib sholat shoalat dzuhur. padahal sholat dzuhur sebenarnya mulai
jam 12 sampai jam 3 atau kurang lebih ada 3 jam. tapi wanita di sini
hanya memiliki waktu dzuhur mulai jam 2 sampai jam 3 atau meliki waktu 1
jam. maka disinilah waktunya berkurang dari pada waktu yang telah di
tentukan oleh syari'at.
3. Wajib Muwasi'
Wajib muewasi' adalah wajib yang pelaksanaannya melebihi daripada waktu
yangtelah di tentukan oleh syari'at. contohnya sholat 5 waktu. misalnya
kita mempunyai waktu untuk sholat dzuhur 3 jam. tapi mungkin waktu yang
kita perlukan untuk sholat hanya 30 menit maksimal. maka waktu kita
pakai dalam melaksanakan sholat lebih 2 jam 30 menit.
C.Berdasarkan objek pelaksana
Berdasarkan objek yang harus melaksanakan kewajiban, wajib di bedakan menjadi 2 bagian :
1. Wajib 'Ain
Wajib ain adalah wajib yang pelakunya telah di tentukan oleh syari'at.
contohnya kuwajiban sholat dluha dan tahajud bagi Rosulullah
SAW,kuwajiban melaksanakn sholat jum'at bagi setiap orang laki-laki
yang mukallaf, kewajiban sholat 5 waktu bagi orang yang sudah mukallaf,
serta wajibnya zakat fitri bagi setiap umat muslim.
2. Wajib Kifayah
Wajib kifayah adalah wajib yang pelakunya tidak di tentukan oleh
syari'at. apabila ada salah satu umat muslim yang mengerjakanya, maka
gugurlah kuwajiban itu bagi semua umat muslim. dan apabila tidak ada
satupun umat muslim yang mengerjakannya, maka seluruh umat muslim akan
menanggung dosanya. contohnya adalah merawat jenazah. mulai memandikan,
mengkafani, mensholati, serta menguburnya. apabila tidak ada satupun
umat muslim yang mengerjakanya. maka semuanya akan berdosa.