Bab Ke-1:
Waktu-waktu Shalat Dan Keutamaannya Serta Firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman." (an-Nisaa': 103)
|
291. Ibnu Syihab mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz pada suatu hari mengakhirkan shalat (dalam satu riwayat: suatu shalat Ashar 4/18) pada masa pemerintahannya (5/17). Lalu, masuklah ke tempatnya itu Urwah bin Zubair. Kemudian Urwah memberitahukan kepadanya bahwa al-Mughirah bin Syu'bah juga pernah pada suatu hari mengakhirkan shalatnya ketika ia sedang berada di Irak (dalam suatu riwayat: ketika ia menjadi Gubernur Kufah). Pada waktu itu masuklah ke tempatnya Abu Mas'ud (Uqbah bin Amr) al-Anshari (kakek Zaid bin Hasan yang turut perang Badar). Lalu, Abu Mas'ud berkata, "Apa-apaan ini wahai Mughirah? Bukankah telah Anda ketahui bahwa pada suatu hari Jibril a.s. datang kemudian shalat dan Rasulullah juga shalat. Lalu, ia datang lagi dan melakukan shalat lantas Rasulullah melakukannya pula. Kemudian ia shalat lagi dan Rasulullah melakukannya pula. Lalu, ia shalat lagi dan Rasulullah melakukannya pula. (Abu Mas'ud menghitung dengan jarinya lima kali shalat). Sesudah itu beliau saw. bersabda, 'Dengan lima kali shalat inilah aku diperintahkan.'"
Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Urwah, "Ketahuilah apa yang Anda percakapkan itu (wahai Urwah). Adakah Anda meyakini bahwa Jibril itulah yang membacakan iqamah untuk Rasulullah pada saat telah tiba waktu shalat?" Urwah berkata, "Demikian itulah yang saya yakini, Basyir bin Abi Mas'ud memberitahukan hal itu dari ayahnya."
292. Urwah berkata, "Aku benar-benar telah diberitahu oleh Aisyah bahwa Rasulullah shalat Ashar pada waktu sinar matahari masih berada di dalam kamarnya sebelum ia muncul." (dalam satu riwayat: sebelum ia keluar dari dalam kamarnya.[1] Dalam riwayat lain: belum tampak kembalinya sesudah itu dari tempatnya [1/137]).
Bab Ke-2: Firman Allah Ta'ala, "Dengan kembali bertobat kepada Nya, dan bertakwalah kepada Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah." (ar-Ruum: 31)
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian hadits Ibnu
Abbas yang tercantum pada nomor 40 di muka.")
Bab Ke-3: Melakukan Bai'at untuk Melakukan Shalat
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits
Jarir bin Abdullah yang tersebut pada nomor 41 di muka.")
Bab Ke-4: Shalat
Adalah Kafarat (Penebus Dosa)
293. Hudzaifah r.a.
berkata, "Kami duduk di sisi Umar r.a., lalu ia bertanya, 'Siapakah di antaramu
yang hafal sabda Rasulullah tentang fitnah?' Saya menjawab, 'Saya (hafal 2/119)
sebagaimana yang beliau sabdakan.' Ia berkata, 'Sesungguhnya kamu atas beliau
atau atasnya (fitnah) sungguh berani, bagaimana? Saya berkata, 'Yaitu, fitnah
seorang laki-laki pada istrinya, hartanya, anaknya, dan tetangganya. Fitnah itu
dapat ditebus dengan shalat, puasa, sedekah, menyuruh berbuat kebaikan dan
melarang dari keburukan.' Ia berkata, 'Bukan ini yang saya kehendaki. Tetapi,
yang saya kehendaki ialah fitnah yang bergelombang sebagaimana bergelombangnya
lautan.' Saya berkata, Tidak mengapa atasmu wahai Amirul Mu'minin, karena antara
engkau dengannya ada pintu yang tertutup.' Umar berkata, 'Apakah perlu
dipecahkan pintu itu atau dapat dibuka?' Saya berkata, 'Bahkan dipecahkan.' Ia
berkata, 'Jika demikian, selamanya ia tidak tertutup.' Saya berkata, 'Ya.' Maka,
para sahabat berkata kepada Masruq, Tanyakanlah kepada Hudzaifah (2/226),
'Apakah Umar mengetahui siapakah pintu itu? Ia berkata, 'Ya, sebagaimana saya
ketahui malam ini bukan besok. Yaitu, bahwa saya menceritakan kepadanya hadits
dengan tidak ada kesalahan-kesalahan. Maka, biarkanlah kami bertanya kepada
Hudzaifah, 'Siapakah pintu itu?' Lalu kami perintahkan Masruq bertanya kepada
Hudzaifah, 'Siapakah pintu itu?' (4/174). Saya menjawab, 'Umar.'"
294. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa seorang laki-laki mencium seorang wanita. Kemudian ia datang kepada Nabi saw. lalu ia memberitakannya. Kemudian Allah azza wa jalla menurunkan ayat, 'Aqimish Shalaata Tharafayin nahaari wazulafan minallaili innalhasanaati yudzhibnas sayyiaati, (dzaalika dzikraa lidzdzaakiriin 5/255) 'Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian pada permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (Yang demikian itu adalah peringatan bagi orang-orang yang mau ingat [5/2551)." Laki-laki itu berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah ini untuk saya?" Beliau bersabda, "Untuk seluruh umatku." (Dan dalam satu riwayat, "Untuk orang yang mengamalkannya dari umatku.")
Bab Ke-5:
Keutamaan Shalat pada Waktunya
295. Abdullah (bin
Mas'ud) r.a. berkata, "Saya bertanya kepada Nabi, 'Apakah amal yang paling
dicintai oleh Allah?' (Dalam satu riwayat: yang lebih utama 3/200) Beliau
bersabda, 'Shalat pada waktunya' Saya bertanya, 'Kemudian apa lagi?' Beliau
bersabda, 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Saya bertanya, 'Kemudian apa lagi'?
Beliau bersabda, 'Jihad (berjuang) di jalan Allah."' Ia berkata, "Beliau
menceritakan kepadaku. (dalam satu riwayat: "Saya berdiam diri dari
Rasulullah.") Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau
menambahkannya."
Bab Ke-6: Shalat Lima Waktu Adalah Penebus Dosa
296. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda, "Bagaimana pendapatmu
seandainya di depan pintu salah seorang di antara kamu ada sungai yang ia mandi
lima kali tiap hari di dalamnya, apakah kamu katakan, 'Kotorannya masih
tinggal?'" Mereka menjawab, "Kotorannya sedikit pun tidak bersisa." Beliau
bersabda, "Itulah perumpamaan shalat yang lima waktu. Allah menghapus
kesalahan-kesalahan dengannya."
0 komentar:
Post a Comment