Mendidik anak ala Rasulullah 'alaihis salam
CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT
"
اذا مات الإنسا ن انقطع عمله الا من ثلا ثلا ث: صدقة جارية, أو علم ينتفع به, أو
ولد صالح يدعو له."
“ Jika
seseorang meninggal, amalnya sudah terputus, kecuali tiga hal: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendo’akan kebaikan untuknya.”
Telah kita ketahui bersama, Rosulullah pernah mengabarkan pada kita
bahwa ada tiga amalan yang bisa dinikmati walaupun telah menginggalkan dunia.
Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah
meninggal dunia adalah anak yang sholih. Do’anya yang merupakan insya Allah terkabul. Oleh karenanya,orang tua harus mendidik anak dengan
sebaik-baiknya. Namun jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang
berkepribadian rusak dan hancur dan akhirnya pun akan merugikan orang tua itu
sendiri. Kabar yang disampaikan oleh Rosulullah ini memberikan potensi bagi
kita untuk menjadikan anak sebagai amal di hari kelak nanti.
Faktor pertama dalam pendidikan anak adalah keluarga, dan bisa
dikatakan madrasah paling pertama bagi anak. Jika binaan dalam keluarga
terhadap anak itu baik dan bisa membuat si anak mampu menerapkan ajaran
syari’at islam dan mengenal aspek-aspek spiritual, maka si anak akan mudah
menggapai masa depan yang cerah. Namun jika sebaliknya anak kurang terkontrol
dan sulit untuk diatur maka si anak akan kesulitan mendapatkan masa depan yang
membanggakan. Sesungguhnya memang tidak mudah dalam mendidik dan membesarkan
anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan untuk meraih kesuksesan dunia
akhirat. Semua itu membutuhkan kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih
banyak lagi.
Setelah kita mengetahui betapa pentingnya mentarbiyah anak untuk menjadi seorang anak yang sholih, maka kita membutuhkan suri tauladan bagi para pendidik yaitu Rosulullah dan mengambil cara beliau dalam mendidik anak.
Yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
Allah ta’ala berfirman,
“ Sungguh, telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat yang banyak mengingat Allah.” (
Al-Ahzab: 21)
Dengan bercermin pada diri Rosulullah Seorang pendidik yang
berhasil tidak boleh lepas dari sifat-sifat di bawah ini, diantaranya ada:
- Bertakwa
Inilah sifat terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik. Yaitu
takwa yang didefinisikan oleh para ulama’ “ Menjaga agar Allah tidak
mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak
mendapatimu pada perkara yangDia perintahkan.
2.
Berilmu
Pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Mendidik dan mengarahkan
anak dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Memberikan contoh yang baik
kepada mereka dengan keteladanan yang agung dari Nabi dan para sahabat beliau.
Sebaliknya, jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang
konsep dasar pendidikan anak, maka anak akan menjadi manusia yang tidak
berharga dan rusak moral, spiritual, mental dan sosialnya.
3.
Lemah lembut
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh
manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan, terlebih jiwa anak
yang masih polos dan lugu. sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan
mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya sikap kasar akan membawa keburukan.
Disamping itu sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa
dan ingatan si anak. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad dari Ibunda
Aisyah,
“ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan suka kepada sifat
lembut. Allah akan memberikan kepada orang yang ramah sesuatu yang tidak
diberikan kepada orang yang kasar dan sesuatu yang tidak allah berikan kepada
selainnya.”(HR.
Bukhori dan Muslim)
4.
Penyabar
Sifat ini juga tak kalah pentingnya bagi pendidik.
Karena kebutuhan kepadanya sangat berpengaruh terhadap si pendidik, apakah dia
mampu bertahan (sabar) ataukah tidak (putus asa) dalam mendidik anak. Imam
Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rosulullah bersabda kepada
Asyaj Abdul Qais, “ Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai
oleh Allah; yaitu kesabaran dan ketabahan.”
5.
Kejujuran
Dengan
kejujuran ini akan selalu mengalirkan aura positif pada anak-anak yang dengan
sendirinya akan berpengaruh besar pada sikap dan kebiasaan si anak. Karena anak
didik akan meniru sifat pendidiknya.
Jika seorang
pendidik telah menyandang semua sifat diatas, dan melengkapinya dengan sifat positif
pendidik yang lain, misal berhati penyayang, tidak pemarah,bersifat pertengahan
dan masih banyak lagi. Subhanallah, apa yang akan tercetak pada diri seorang
anak?
Yang harus
ditanamkan pada diri seorang anak
Dalam mendidik
anak, tidak hanya intelektualnya saja yang harus dikembangkan. Tapi juga harus
mencetak mereka menjadi seseorang yang berakhlaq mulia. Diantaranya dengan,
o Menanamkan nilai-nilai ketauhidan
Mengenalkan “ siapa Allah”
kepada seorang anak, ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas
hal-hal selainnya. Mengajarkan tauhid kepada mereka akan menjadikannya lebih
mencintai Allah, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Dengan menekankan
pada si anak bahwa setiap langkah anak Adam selalu dalam pengawasan Allah
ta’ala dan penerapan konsep tersebut dengan berusaha mentaati perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya.
o Menumbuhkan rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri sangat penting bagi seorang anak, karena agar si
anak terlatih untuk mandiri, mampu mengembangkan bakat yang ada, dan yang pasti
optimis, jauh dari sifat pesimis. Adapun suri tauladan kita menggunakan
beberapa cara diantaranya, sedang saat berpuasa, Rosulullah mengajak anak-anak
bermain,hingga siang yang panjang terasa cepat dan menyambut berbuka puasa
dengan gembira, hal ini membuat si anak
memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa seharian penuh.
Kemudian juga sering membawa anak-anak ke majelis, resepsi, bersilaturahim ke
rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya.
o Membiasakan shalat
Membiasakan shalat pada anak merupakan suatu hal yang sangat
penting, karena shalat itu sebagai tiangnya agama. Karenanya hal itu juga
ditekankan oleh Nabi kita, dalam suatu hadits yang berbunyi, “ Suruhlah
anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah
mereka jika tidak mau mengerjaknnya ketika mereka berumur sepuluh tahun.”
(HR. Abu Daud)
o Melibatkan anak dalam perkara amar
ma’ruf nahi mungkar
Kenapa hal ini penting juga bagi seorang anak?
Yang pasti supaya anak mengetahui mana yang diperintah dan mana
yang dilarang oleh Allah. Adapun Luqman menegaskan ini pada anaknya, karena berpengaruh dalam
diri seseorang. Ketika kita memerintah kebaikan/ melarang keburukan pada orang
lain maka kita akan memiliki beban mental akan keharusan melalukan/ menjauhi
hal itu. Apalagi bila kita menganjurkan kebaikan/ melarang keburukan itu
sementara kita sendiri tidak melakukannya, maka Allah justru akan memurkai
kita.
Di antara yang di atas, masih banyak lagi yang harus ditanamkan
pada anak, seperti sifat agar saling berbagi pada sesama, selalu jujur, saling
memaafkan, dan sabar.
Sungguh sang pendidik yang hebat dan berhasil, jika bisa
merealisasikan pada anak didiknya. Seperti bunda Fathimah binti Ubaidillah yang
mentarbiyah anak sejenius Imam Syafi’i, seperti Ummu Sulaim yang berperan besar
dibalik kecerdasan Anas bin Malik, seperti bunda Asma’ binti Abu Bakar yang
anaknya termasuk salah satu dari tujuh fuqaha’ Madinah. Tidak lain dan tidak
bukan apa yang mereka ajarkan kepada anak mereka tidak lepas dari ajaran nabi
kita Muhammad. Subhanallah !! sungguh surga telah menanti mereka. Wallahu a’lam
bis showab.
CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT
CLICK DISINI UNTUK BUKA KALKULATOR ZAKAT
0 komentar:
Post a Comment