WAKTU SHALAT 3
Bab Ke-16: Orang
Yang Sengaja Meninggalkan Shalat Ashar
308. Abu Malih
berkata, "Kami bersama-sama dengan Buraidah di dalam suatu peperangan pada hari
yang berawan, lalu ia berkata, 'Segerakanlah shalat ashar, karena sesungguhnya
Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar, maka gugurlah
amalnya.'"
Bab Ke-17: Keutaman Shalat Ashar
309. Jarir berkata,
"Kami duduk-duduk pada suatu malam (6/48) bersama Nabi. Lalu, beliau pada suatu
malam melihat bulan yakni bulan purnama (dalam satu riwayat: pada tanggal empat
belas). Lalu beliau bersabda, '[Ingatlah 1/143], sesungguhnya kamu akan melihat
Tuhanmu [dengan jelas 8/179[7]] sebagaimana kamu melihat bulan ini. Kamu tidak
teraniaya (tidak lelah) dalam melihat-Nya. Jika kamu mampu untuk tidak kamu
dikalahkan atas shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka
kerjakanlah!' Kemudian Jarir membaca ayat, "Wasabbih bihamdi rabbika qabla
thuluu'isy-syamsi waqablal ghuruubi 'Sucikanlah dengan memuji Tuhanmu
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya'."
310. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Silih bergantilah malaikat malam dan malaikat siang padamu. Mereka berkumpul pada shalat shubuh dan shalat ashar. Kemudian naiklah [kepadaNya 4/81] malaikat yang telah berjaga malam padamu. Lalu Dia menanyakan kepada mereka, dan Dia lebih tahu tentang mereka, 'Bagaimana kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dan mereka sedang shalat, dan kami datang kepada mereka dan mereka sedang shalat'."
Bab Ke-18: Orang Yang Mendapatkan Satu Rakaat Shalat Ashar Sebelum Matahari Terbenam
311. Abu Hurairah
berkata, "Rasulullah bersabda, 'Apabila salah seorang di antara kamu mendapatkan
satu sujud (satu rakaat) dari shalat ashar sebelum matahari terbenam, maka
hendaklah ia menyempurnakan shalatnya. Dan apabila ia mendapatkan satu sujud
(satu rakaat) dari shalat shubuh sebelum matahari terbit, maka hendaklah ia
menyempurnakan shalatnya.'"
312. Dari Abdullah (bin Umar) bahwa ia mendengar Rasulullah (sambil berdiri di atas mimbar 8/191) bersabda, 'Tetapmu (masamu/waktumu) dibandingkan dengan umat-umat yang telah lalu sebelummu adalah seperti masa antara shalat ashar sampai matahari terbenam. Taurat diberikan kepada ahli Taurat, lalu mereka mengamalkannya. Sehingga, ketika sampai tengah hari, mereka lemah, lalu mereka diberi satu qirath-satu qirath (satu bagian-satu bagian dari pahala). Kemudian Injil diberikan kepada ahli Injil. Lalu, mereka mengamalkannya sampai shalat ashar, kemudian mereka lemah, lalu mereka diberi satu qirath-satu qirath. Kemudian kita diberi Al-Qur'an, lalu kita mengamalkan sampai terbenamnya matahari, maka kita diberi dua qirath-dua qirath. Kedua Ahli Kitab (Taurat dan Injil) berkata, 'Wahai Tuhan kami, Engkau berikan kepada mereka (ahli Al-Qur'an) dua qirath-dua qirath dan Engkau berikan kepada kami satu qirath-satu qirath, padahal kami lebih banyak amalnya'."
Dalam satu riwayat Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ajalmu dibandingkan dengan ajal umat-umat sebelum kamu adalah seperti waktu antara shalat ashar dan terbenamnya matahari. Perumpamaan kamu dengan kaum Yahudi dan Nasrani adalah bagaikan seseorang yang mempekerjakan beberapa orang karyawan. Lalu, ia berkata kepada para karyawan itu, 'Siapakah yang mau bekerja untukku [dari pagi 3/94] hingga tengah hari dengan mendapat upah satu qirath-satu qirath?' Lalu kaum Yahudi bekerja hingga tengah hari dengan mendapat upah masing-masing orang satu qirath. Kemudian orang itu berkata lagi, 'Siapakah yang mau bekerja untukku dari tengah hari hingga waktu shalat Ashar dengan mendapat upah masing-masing orang satu qirath?' Lalu kaum Nasrani bekerja sejak tengah hari hingga waktu ashar dengan mendapat upah masing-masing satu qirath. Kemudian orang itu berkata lagi, 'Siapakah yang mau bekerja untukku sejak waktu ashar hingga terbenamnya matahari dengan mendapat upah masing-masing dua qirath?' Maka, kamulah orang-orang yang bekerja dari waktu shalat ashar hingga terbenamnya matahari dengan mendapat pahala dua qirath-dua qirath.'"
Allah berfirman, 'Ketahuilah! Kamu mendapatkan pahala dua kali lipat.' Maka, orang-orang Yahudi dan Nasrani marah seraya berkata, 'Bagaimana bisa terjadi, kita lebih banyak amalnya tetapi lebih sedikit pahalanya?' Allah berfirman, 'Apakah Aku menganiaya terhadap pahalamu barang sedikit?' Mereka menjawab, 'Tidak.' Allah berfirman, 'Itu adalah karunia Ku, Aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki.'"
Bab Ke-19: Waktu Shalat Maghrib
Atha' berkata,
"Orang yang sakit boleh menjama' shalat maghrib dan isya'."[8]
313. Rafi' bin
Khadij berkata, "Kami shalat maghrib bersama Nabi, lalu seorang di antara kami
pergi, dan sesungguhnya dia masih dapat melihat jatuhnya anak
panahnya."
314. Muhammad bin
Amr bin Hasan bin Ali berkata, "Hajjaj datang, lalu kami bertanya kepada Jabir
bin Abdullah (tentang shalat Nabi 1/141). Kemudian dia berkata, 'Nabi shalat
zhuhur pada tengah hari setelah tergelincirnya matahari, shalat ashar di kala
matahari bersih (terang sinarnya), shalat maghrib ketika matahari terbenam, lalu
shalat isya. Kadang-kadang bila beliau melihat mereka telah berkumpul, maka
beliau menyegerakan shalat. Apabila mereka lambat-lambat, maka beliau akhirkan.
Mereka atau Nabi shalat shubuh di remang-remang akhir malam."
315. Salamah berkata, "Kami shalat maghrib bersama Nabi apabila matahari telah tertutup oleh tabir (yakni sewaktu matahari telah hilang dari horison)."
Bab Ke-20: Orang
yang Tidak Senang Jika Maghrib Diberi Nama Isya
316. Abdullah
al-Muzani mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Janganlah orang-orang Arab dusun
mengalahkan kamu atas penamaan shalat maghribmu." Beliau berkata, "Orang-orang
Arab dusun itu menyebut shalat maghrib dengan Isya."
Bab Ke-21:
Menyebut Isya dan Atamah Serta Orang yang Berpendapat bahwa Isya Itu Luas
Waktunya
Abu Hurairah
berkata dari Nabi saw., "Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik
adalah (shalat) isya' dan fajar." Beliau bersabda pula, "Andaikata mereka
mengetahui betapa besar pahala (shalat-shalat) Atamah (isya) dan fajar, (maka
mereka akan mendatanginya meskipun harus merangkak)."[9]
Abu Abdullah
berkata, "Yang terpilih (yakni yang terbaik) hendaklah disebut shalat isya,
karena Allah Ta'ala berfirman, 'Dan sesudah shalat isya'.'"
Disebutkan dari Abu Musa, "Kita semua bergiliran untuk shalat isya dengan Nabi, maka beliau sering melambatkan waktu mengerjakan shalat itu (yakni mengakhirkan dari awal waktunya)."
Ibnu Abbas dan
Aisyah berkata, "Nabi mengakhirkan waktunya untuk mengerjakan shalat isya."
Sebagian sahabat berkata dari Aisyah, "Nabi mengkhirkan waktu dalam mengerjakan
shalat Atamah."
Jabir berkata,
"Nabi mengerjakan shalat isya."
Abu Barzah berkata,
"Nabi sering mengakhirkan shalat isya."
Anas berkata, "Nabi
mengakhirkan shalat isya pada bagian waktu yang akhir."
Ibnu Umar, Abu
Ayyub, dan Ibnu Abbas berkata, "Nabi mengerjakan shalat maghrib dan
isya."
(Saya [al-Albani]
berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Umar
yang disebutkan pada nomor 79 di muka.")
Bab Ke-22: Waktu Shalat Isya' Apabila Orang Banyak Sudah Berkumpul atau Mereka Terlambat Berkumpulnya
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir yang sudah
disebutkan pada nomor 214.")
Bab Ke-23: Keutamaan Shalat Isya
317. Urwah
mengatakan bahwa Aisyah memberitahukan kepadanya. Ia berkata, "Pada suatu malam
Rasulullah melambatkan shalat isya, hal itu terjadi sebelum Islam tersiar.
Beliau tidak keluar sehingga Umar mengatakan, 'Shalat ...! (Sesungguhnya 1/209)
orang-orang wanita dan anak-anak telah tidur!' Lalu beliau keluar dan bersabda
kepada ahli masjid, 'Tidak ada seseorang pun dari penduduk bumi yang menantikan
shalat Isya selain kamu.'" [Kata Urwah, "Pada waktu itu tidak dilakukan shalat
kecuali di Madinah. Mereka mengerjakan shalat isya antara terbenamnya mega merah
hingga sepertiga malam yang pertama."]
318. Abu Musa berkata, "Saya dan teman-teman yang datang bersamaku dalam perahu singgah di daerah Buthhan, sedang Nabi di Madinah. Sekelompok dari mereka silih berganti datang kepada Nabi ketika shalat Isya. Kami bersepakat dengan Nabi, yakni saya dan teman-teman saya. Namun, beliau mempunyai kesibukan, maka beliau melambatkan shalat, sehingga tengah malam. Kemudian Nabi keluar, lalu beliau shalat dengan mereka. Ketika beliau telah selesai menunaikan shalat, beliau bersabda kepada orang-orang yang datang kepada beliau, 'Perlahan-lahanlah, berilah kabar gembira, sesungguhnya sebagian dari nikmat Allah atasmu adalah tidak seorang pun dari manusia yang shalat pada saat itu selain kamu.'" Atau beliau bersabda, "Tidak shalat di saat ini selain kamu." Ia tidak tahu manakah di antara dua kalimat itu yang beliau sabdakan. Abu Musa berkata, "Maka, kami kembali dengan riang gembira karena apa yang telah kami dengar dari Rasulullah itu."
Bab Ke-24: Tidak Disukai Tidur Sebelum Shalat Isya
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Abi Barzah yang tercantum pada nomor 304 di muka.")
0 komentar:
Post a Comment