Bab Ke-7: Menyia-nyiakan Shalat dari Waktunya
297. Az-Zuhri
berkata, "Saya datang kepada Anas bin Malik di Damaskus, kebetulan ia sedang
menangis. Lalu saya bertanya, 'Mengapa engkau menangis?' Ia menjawab, 'Saya
tidak tahu lagi amal yang kudapati di masa Nabi yang masih diindahkan
(dipedulikan) orang sekarang, selain shalat itu pun sudah disia-siakan orang.'
(Di dalam riwayat lain: 'Kamu telah menyia nyiakan apa yang kamu sia
siakan.)"
Bab Ke-8: Orang yang Shalat Itu Adalah Bermunajat (Berbicara Secara Langsung) kepada Tuhannya
Bab Ke-9:
Menantikan Dingin untuk Shalat Zhuhur pada Waktu Hari Sangat Panas
298&299. Abu
Hurairah dan Abdullah bin Umar menceritakan hadits yang diterima dari
Rasulullah. Beliau saw. bersabda, "Apabila hari sangat terik, maka dirikanlah
shalat zhuhur sewaktu (matahari) agak dingin sedikit. Karena, teriknya panas
adalah berasal dari uap api neraka."
300. Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Neraka mengadu kepada Tuhannya
seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, sebagianku memakan sebagian yang lain.' Lalu
Tuhan mengizinkannya dua napas, napas pada musim dingin dan napas pada musim
panas. Yaitu, suhu yang kamu dapati sangat panas dan suhu yang kamu dapati
sangat dingin."
301. Abu Sa'id berkata, "Rasulullah bersabda, 'Shalat zhuhurlah pada waktu panas sudah reda. Karena, sesungguhnya panas yang sangat terik itu dari uap neraka Jahannam.'"
Bab Ke-10:
Menantikan Dingin untuk Shalat Zhuhur pada Waktu Bepergian
302. Abu Dzar
al-Ghifari berkata, "Kami bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, lalu
muadzin mau azan untuk shalat zhuhur. Kemudian Nabi bersabda, '(Tunggulah
hingga) dingin.' ('Tunggulah hingga dingin.' Atau, beliau bersabda, 'Tunggulah,
tunggulah!' 1/135). Kemudian muadzin itu mau azan lalu beliau bersabda,
'(Tunggulah hingga) dingin.' (Kemudian muadzin hendak azan lagi, lalu beliau
bersabda, 'Tunggulah hingga dingin.' 1/155), sehingga kami melihat bayang-bayang
tumpukan tanah atau pasir. Nabi bersabda, 'Sesungguhnya panas yang amat sangat
terik itu dari pengapnya Jahannam. Apabila udara sangat panas, maka shalatlah
pada waktu panas itu reda.'"
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Tatafayya-u sama dengan tatamayyalu."
Bab Ke- 11:
Waktu Shalat Zhuhur Adalah Ketika Matahari Condong ke Barat (Persis Setelah
Tengah Hari)
Jabir berkata,
"Nabi shalat zhuhur persis setelah tengah hari (begitu matahari condong di siang
hari)."
Bab Ke-12:
Mengakhirkan Zhuhur Hingga Ashar
303. Ibnu Abbas
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw shalat di Madinah tujuh rakaat [jama',1/140] dan
delapan rakaat jama', yaitu zhuhur dan ashar, maghrib dan isya'. Ibnu Abbas
berkata, 'Wahai Abu Sya'tsa'! Saya kira beliau memundurkan shalat zhuhur dan
memajukan shalat ashar, dan memajukan shalat isya' dan memundurkan shalat
maghrib." Abu Sya'tsa' menjawab, "Saya juga mengira begitu." (2/53). Ayub
berkata, "Barangkali pada malam ketika turun hujan?" Jawabnya, "Mungkin
saja."
Bab Ke-13: Waktu
Shalat Ashar
304. Sayyar bin
Salamah berkata, "Saya datang bersama ayahku kepada Abu Barzah al-Islami. Lalu,
ayahku berkata kepadanya, 'Ceritakanlah kepada kami (1/148) bagaimana cara
Rasulullah melakukan shalat fardhu?' Abu Barzah berkata, 'Nabi melakukan shalat
zhuhur yang Anda namakan dengan al-Uula 'shalat pertama' ialah ketika
matahari tergelincir ke barat. Beliau shalat ashar, ketika salah seorang dari
kami kembali dari perjalanannya ke ujung kota, sedangkan matahari masih terasa
panasnya. (Sayyar lupa ucapannya tentang shalat maghrib). Nabi suka mengundurkan
shalat isya' yang kamu namakan Atamah hingga sepertiga malam. Kemudian ia
berkata, 'Hingga separuh malam.' Beliau tidak suka tidur sebelum shalat isya dan
bercakap-cakap sesudahnya. Selesai shalat shubuh ketika seseorang telah mengenal
orang yang duduk di sampingnya. Sedangkan, Nabi membaca dalam shalat itu
sebanyak 60 ayat dalam dua rakaat atau salah satunya (dan dalam satu riwayat:
antara 60 ayat sampai 100 ayat).'"
305. Abu Umamah berkata, "Kami shalat zhuhur bersama Umar bin Abdul Aziz. Kemudian kami pergi kepada Anas bin Malik. Tiba-tiba kami mendapatinya sedang mengerjakan shalat ashar. Aku bertanya kepadanya, 'Wahai Paman, shalat apa yang engkau lakukan?' Dia menjawab, 'Ashar, dan ini adalah (waktu) shalat Rasulullah yang kami biasa shalat dengannya.'"
Bab Ke-14: Waktu
Ashar
306. Anas bin Malik
r.a. berkata, "Rasulullah shalat ashar ketika matahari masih tinggi dan belum
berubah warna dan panasnya. Maka, pergilah orang-orang yang pergi (di antara
kami) ke tempat-tempat tinggi. Ia datang kepada mereka dan matahari masih tinggi
(dari suatu riwayat: ke Quba. Dari jalan periwayatan lain: ke perkampungan bani
Amr bin Auf). Lalu, ia sampai kepada mereka, sedangkan matahari masih tinggi.
Sebagian (riwayat mu'allaq disebutkan jarak 8/153) tempat yang tinggi dari
Madinah adalah empat mil atau sekitar itu."
Bab Ke-15: Dosa
Orang yang (Sengaja) Mengabaikan Shalat Ashar
307. Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Orang yang tertinggal oleh shalat ashar seolah-olah ia dirampas (kehilangan) keluarganya dan hartanya."
Abu Abdillah berkata, "Makna kata Yatirakum a'maalakum', 'Watarturrajula', apabila engkau membunuh buruannya atau merampas hartanya."
307. Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Orang yang tertinggal oleh shalat ashar seolah-olah ia dirampas (kehilangan) keluarganya dan hartanya."
Abu Abdillah berkata, "Makna kata Yatirakum a'maalakum', 'Watarturrajula', apabila engkau membunuh buruannya atau merampas hartanya."
0 komentar:
Post a Comment