THIS TOPIC BOX Ketik Topic Disini Contoh DZIKIR atau MAKAN

Translate

Tuesday 4 August 2015

Bolehkah lelaki menikah dengan penzina wanita

Sepakat para ulama Hanafiyah, Malikiyah, Syafieyah dan Hanabilah mengatakan bahwa dihalalkan bagi penzina lelaki menikah dengan penzina wanita (yang dia berzina dengannya). 


Pendapat yang dipegang oleh Jumhur ulama. si penzina lelaki boleh menikah dengan si penzina wanita walaupun di dalam keadaan wanita tersebut sedang hamil.

Ada lagi Titik persoalan  bukanlah pada permasalahan pernikahan  antara penzina lelaki dengan penzina wanita tersebut. Tetapi pada pernikahan yang berlaku di antara penzina wanita dengan lelaki lain yang tidak berzina dengannya.


Manakala Jumhur para ulama mengatakan bahwa harus bagi lelaki tersebut menikahi wanita penzina itu.

Titik perbedaan tersebut berlaku berdasarkan pemahaman terhadap penafsiran ayat 3 di dalam surah al-Nur. Allah taala berfirman :



24. An Nuur


3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin[1028].


Imam Hassan al-Basri rahimahullah memahami ayat ini bahwa  ini menunjukkan  haram bagi golongan mukmin menikahi wanita penzina. 

Manakala para ulama Jumhur  pula memahami ayat ini bukanlah bermaksud haram tetapi sebaliknya suatu kejian dan sangat tidak layak bagi seorang mukmin menikahi wanita penzina. Keji tersebut bukanlah bermaksud tidak boleh dinikahi

Menurut Syeikh al-Mufassir Muhammad Ali Shabuni hafizahullah: Para ulama mentakwilkan ayat ini dengan mengatakan bahwa kebiasaannya lelaki dan perempuan penzina tidak akan berkenan untuk menikahi lelaki yang soleh atau wanita yang solehah. Mereka tentu lebih menggemari lelaki dan wanita yang sama dengan mereka.

Para ulamaJumhur  juga menggunakan dalil yang dikeluarkan oleh al-Imam Ibn Majah dan Imam al-Baihaqi daripada hadis yang diriwayatkan oleh Saidina Ibn Umar dan Saidatina Aisyah radhiyallahu anhuma:

لا يحرم الحرام الحلال

Arinya: Perkara yang haram (zina) tidak akan mengharamkan perkara yang halal ( nikah).

Hadis ini bermaksud, penzinaan tidaklah menghalang seseorang tersebut menikah dengan wanita pezina tersebut.

Para ulama berbeda pendapat sekiranya wanita yang ingin dinikahi tersebut mengandung Atau Hamil. 

(Perlu diingat, perbahasan yang kita bahaskan sekarang bukanlah pernikahan penzina lelaki dengan penzina wanita tetapi pernikahan diantara penzina wanita dan lelaki yang suci daripada zina.).

Imam Abu Hanifah dan Imam Muhammad bin Hassan al-Syaibani rahimahumullah berpendapat jika wanita tersebut mengandung tetap sah aqad nikah lelaki tersebut dengannya.Tetapi dengan syarat lelaki tersebut tidak menyetubuhinya sehinggalah wanita tersebut melahirkan anak itu.

Manakala Imam Abu Yusuf dan Zufar ( Ulama Hanafiyah) berpendapat mengatakan bahwa diharamkan untuk berkahwin dalam keadaan wanita itu masih mengandung. (sehubungan dengan ayat alquran)

Para ulama Malikiyah berpendapat mengatakan bahwa tidak dibenarkan untuk menikahi wanita penzina selagi wanita tersebut tidak suci daripada 3 kali haid.

Para ulama Hanabilah  berpendapat , jika seoarang wanita berzina maka tidak dihalalkan kepada sesiapa yang mengetahuinya untuk menikahinya melainkan setelah selesai dua perkara.

Pertama, setelah selesai melahirkan kandungan tersebut.
Kedua, setelah memastikan bahwa wanita tersebut telah bertaubat.

Bagaimana permasalahan nasab bagi anak zina ???

Adakah anak zina dinasabkan kepada lelaki yang melakukan penzinaan dengan wanita yang melahirkan anak zina tersebut?

Disebutkan di dalam kitab Fatawa al-Islamiyah oleh Majlis Fatwa Ulama Mesir : Anak tersebut tidak akan dinasabkan kepada lelaki tersebut.
Jika kita menasabkan anak tersebut kepada lelaki berkenaan maka seolah-olah kita telah membenarkan perbuatan kejinya tersebut. (berat memang oleh sebab itu di alquran zinah disebut sebagai perbuatan yang sangat keji)


A telah melakukan perzinaan dengan B (na’uzubillah).
Selepas 2 bulan ,dilakukan pemeriksaan doktor dan
B didapati mengandung 2 bulan.Sebaik mendengar berita tersebut maka
A terus mengahwini si B tersebut.
Selepas 7 bulan pernikahan maka kandungan tersebut telah mencapai 9 bulan dan bayi tersebut dilahirkan.
Maka mengikut pendapat para ulama bermazhab Hanafi bayi tersebut boleh dinasabkan kepada lelaki tersebut

Tetapi sebaiknya kita mengikut dan berpegang dengan pendapat kebanyakkan para ulama yang tidak meletakkan nasab bayi tersebut kepada lelaki tersebut berkenaan.Ini karena, jika kita menggunakan pendapat yang kedua, bimbang akan berlaku, PEMBENARAN AKAN BERLAKU, dapat terjadi penyalahgunaan oleh golongan yang tidak bertanggungjawab.

KESIMPULAN

Berpeganglah pada ayat karena tidak ada yang lebih tinggi dari pada firman Allah


17. Al Israa'


32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.


0 komentar:

Post a Comment