Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَ اليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إلى جَارِهِ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada terangganya. [1]
وَأحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا
Dan berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang muslim. [2]
Dalam hadits yang lain, Rasulullah mengatakan.
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tentangga, hingga aku yakin ia (seorang tetangga) akan mewariskan harta kepadanya (tetangganya). [3]
'Aisyah pernah bertanya,"Wahai Rasulullah, aku memiliki dua orang tetangga. Maka kepada siapakah aku memberikan hadiah diantara mereka berdua?". Beliau menjawab.
إلى أقْرَبَهُمَا مِنْكِ بَابًا
Kepada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya denganmu.[4]
Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash bahwa ia menyembelih seekor kambing
kemudian bertanya (kepada keluarganya). "Sudahkah kalian berikan
sebagian kambing tersebut kepada tetangga kita yang Yahudi?. Beliau
bertanya sampai tiga kali., kemudian berkata,"Aku telah mendengar Nabi
bersabda.
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أنَّهُ سَيُوَرِّثُه
Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap
tetangga, hingga aku yakin ia akan memberikan harta warisan kepadanya.
[5]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ أَوْ قَالَ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, tidaklah seseorang
beriman hingga ia mencintai untuk tetangganya, atau Beliau berkata,
untuk sudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.[6]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
لَيْسَ المُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَ جَارُهُ جَائِعٌ إلى جَنْبِهِ
Bukanlah seorang mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya. [7]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَ اليَوْمِ الآخِر فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهٌ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. [8]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
حَقُّ المُسْلِمِ على المُسْلِمِ خَمْسٌ : رَدُّ السَّلاَمِ وَ عِيَادَةُ
المَرِيْضِ وَ اتِّبَاعُ الجَنَائِزِ وَ إجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَ
تَشْمِيْتُ العَاطِسِ
Hak muslim atas muslim yang lain ada lima,
menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah,
memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin.[9]
Rasulullah bersabda.
خَيْرُ الأصْحَابِ عِنْدَ الله خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَ خَيْرُ الجِيْرَانِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik terhadap sahabatnya, dan
sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik terhadap tetangganya.[10]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
لَا يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِي جِدَارِهِ
Janganlah seorang diantara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu di tembok rumahnya.[11]
Janganlah seorang diantara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu di tembok rumahnya.[11]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menasehati Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu.
إذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فأكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ ، فأصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ
Jika suatu kali engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya,
kemudian perhatikanlah tetanggamu, dan berikanlah mereka sebagiannya
dengan cara yang pantas. [12]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah ditanya oleh seorang sahabat,"Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Fulanah rajin shalat malam, rajin pula shaum pada siang
hari dan gemar bersedekah, tapi dia menyakiti tetangganya dengan
lisannya! Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab.
لاَ
خَيْرَ فِيْهَا هِيَ مِنْ أهْلِ النَّارِ. قَالَ : وَ فُلاَنَة تُصَلِّيْ
المَكْتُوْبَةَ وَ تَصَدَّقُ بِأثْوَارِ مِنَ الأقِطِ وَ لاَ يُؤْذِيْ
أحَدًا ؟ فَقَالَ: هِيَ مِنْ أهْلِ الجَنَّةِ
Tidak ada kebaikan
padanya, dia termasuk penghuni neraka". Lalu sahabat itu bertanya
lagi,"Fulanah (wanita) yang lain rajin shalat fardlu, gemar bersedekah
dengan sepotong keju dan tidak pernah menyakiti seorang pun?. Maka
Beliau menjawab,"Dia termasuk penduduk surga.[13]
Dari Miqdad bin Al Aswad ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
لأنْ يَزْنَيَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنِ يَزْنِيَ
بامْرَأةِ جَارِهِ وَ لأنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرةِ أبْيَاتٍ
أيْسَرُ لَهُ مِنْ أنْ يَسْرِقَ مِنْ بَيْتِ جَارِهِ
Sungguh, jika
seorang laki-laki berzina dengan sepuluh wanita itu masih lebih baik
baginya daripada ia berzina dengan istri tetangganya, dan sungguh jika
seorang laki-laki mencuri dari sepuluh rumah itu lebih ringan (dosanya)
daripada ia mencuri dari rumah salah seorang tetangganya.[14]
Dari Syuraih bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
وَ الله لاَ يُؤْمِنُ وَ الله لاَ يُؤْمِنُ وَ الله لاَ يُؤْمِنُ قِيْلَ
مَنْ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: الَّذِيْ لاَ يَأمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَه
Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman". Beliau ditanya,"Siapa wahai Rasulullah?. Beliau
menjawab,"Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari
kejahatannya.[15]
يَا رَسُوْلَ الله ُأيُّ ذَنْبٍ أعْظُمُ؟ قَالَ:
أنْ تَجْعَلَ لله نِدًّا وَ هُوَ خَلَقَكَ . قُلْتُ : ثُمَّ أي؟ قَالَ :
أنْ تَقْتُلَ وَلَدَ كَخَشْيَةَ أنْ يُطْعَمَ مَعَكَ. قُلْتُ : ثُمَّ أي؟
قَالَ : أن تُزَانِيَ حَلِيْلَةَ جَارَكَ
Wahai Rasulullah, dosa
apakah yang paling besar?. Beliau menjawab,"Engkau menjadikan tandingan
bagi Allah padahal Ia yang menciptakanmu". Aku bertanya lagi,"Kemudian
dosa apa?. Beliau menjawab,"Engkau membunuh anakmu karena khawatir ia
akan mengambil jatah makananmu". Aku bertanya lagi,"Lalu dosa apai?.
Beliau menjawab,"Engkau menzinahi istri tetanggamu".[16]
ثَلاَثَةٌ يَحِبُهُمُ الله، .......وَ الرَّجُلُ يَكُوْنَ لَهُ جَارٌ
يُؤْذِيْهِ جَارُهُ فَيَصْبِرُ عَلَى اذَاهُ حَتَّى يُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا
مَوْتٌ أوْ ظُعُنٌ
Tiga golongan yang dicintai Allah,……..dan
laki-laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, kemudian ia bersabar
menghadapi gangguannya hingga ajal memisahkan mereka.[17]
(اللهمَّ إنَّيْ أعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ في دَارِ الإقَامَةِ فإنَّ جَارَ البَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ)
Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari tetangga yang buruk di akhirat, maka sesungguhnya tetangga badui beganti-ganti. [18]
جَاءَ رَجُلٌ إلى النَّبِيِّ يَشْكُوْ جَارَهُ، قَالَ: اذْهَبْ فاصْبِرْ،
فأتاهُ مَرَّتَيْنِ أوْ ثَلاَثًا، فَقَالَ: اذْهَبْ فاطْرَحْ مَتَاعَكَ في
الطَّرِيْقِ، فَطَرَحَ مَتَاعَهُ في تاطِّرِيْقِ، فَجَعَلَ الناَسُ
يَسْألُوْنَ فَسُخْبِرُهُمْ خَبَرُهُ، فَيَلْعَنُوْنَ ذلك الجَارَ
المُسِيءَ – فَعَلَ الله بِهِ وَ فَعَلَ- كِنَيَةٌ عَنْ سَخَطِ النَّاسِ
عَلَيْهِ، فَجَاءَ إلَيْهِ فَقَالَ: ارْجِعْ لاَ تَرَى مِنِّيْ شَيْءًا
تَكْرَهُهُ
Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi
mengeluhkan tetangganya. Maka Rasulullah menasehatinya,"Pulanglah dan
bersabarlah". Lelaki itu kemudian mendatangi Nabi lagi sampai dua atau
tiga kali, maka Beliau bersabda padanya,"Pulanglah dan lemparkanlah
barang-barangmu ke jalan". Maka lelaki itu pun melemparkan
barang-barangnya ke jalan, sehingga orang-orang bertanya kepadanya, ia
pun menceritakan keadaannya kepada mereka. Maka orang-orang pun melaknat
tetangganya itu. Hingga tetangganya itu mendatanginya dan
berkata,"Kembalikanlah barang-barangmu, engkau tidak akan melihat lagi
sesuatu yang tidak engkau sukai dariku.[19]
0 komentar:
Post a Comment