THIS TOPIC BOX Ketik Topic Disini Contoh DZIKIR atau MAKAN

Translate

Thursday 19 November 2015

Dampak buruk uang haram

  • ALLAH Ta’ala mengharamkan usaha haram karena memiliki implikasi buruk dan bahaya terhadap pelakunya. Di antaranya adalah:
  • 1. Usaha yang haram mengotori hati dan membuat malas anggota tubuh dalam berbuat ketaatan serta hilangnya berkah rezeki dan umur.
  • Usaha yang haram adalah kemaksiatan dan perbuatan dosa yang memiliki implikasi buruk sangat banyak sekali, di antaranya membuat hati kotor dan gelap.
Ø Ibnul-Qayyim Rahimahullah menegas­kan:
  • “Di antara implikasi buruk kemaksiatan adalah kege­lapan yang didapatkan di hatinya, yang dapat ia rasakan sebagaimana merasakan kegelapan malam yang gelap gulita, sehingga gelapnya kemaksiatan di kalbu seperti kegelapan di mata­nya. Sebab, ketaatan adalah cahaya dan kemak­siatan adalah kegelapan. Semakin tebal kege­lapan, maka keguncangannya pun akan semakin bertambah hingga terjerumus dalam  dan kesesatan serta perkara yang membinasakan tanpa ia sadari, seperti orang buta keluar di kegelapan malam berjalan sendiri. Kegelapan ini semakin kuat hingga nampak di mata kemudian menguat hingga nampak terlihat di wajah dan menjadikan warna hitam di wajah hingga semua orang dapat melihatnya”. (Al-Jawâbul-Kâf­i, Ibnu al-Qayyim, hlm 98-99)

Ø Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘Anhu menyatakan:
  • “Sesungguhnya kebaikan memberikan cahaya di kalbu dan sinar di wajah, kekuatan di badan, tambahan dalam rezeki serta kecintaan di hati para makhluk. Kejelekan (dosa) memberikan warna hitam di wajah, kegelapan di hati, kele­mahan di badan, kekurangan dalam rezeki dan kebencian di hati para makhluk”. (Al-Jawâbul-Kâf­i, ibnu al-Qayyim, hlm 99)

Demikian juga usaha yang haram ini menghilangkan berkah rezeki dan umur pelakunya.
  • 2. Usaha yang haram tentunya akan menghasilkan harta dan makanan yang haram juga, sehingga pelakunya akan tumbuh dari makanan yang haram.
  • Bila demikian, maka neraka lebih pantas baginya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau:

إِنَّهُ لَا يَرْبُوْ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

  • “Sesungguhnya tidak berkembang daging yang tumbuh dari makanan yang haram kecuali Neraka yang lebih pantas baginya.” 3)
  • 3. Usaha yang haram mengakibatkan kemurkaan Allah Ta’ala serta memasukkan pelakunya ke dalam neraka.
  • Hal ini dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalan hadits Abu Umâmah al-Hâritsi bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ فَقَدْ أَوْجَبَ اللَّهُ لَهُ النَّارَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ . ((فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ )) قَالَ : وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ .

  • “Siapa yang mengambil hak seorang Muslim dengan sumpahnya, maka Allah masukkan ke da­lam neraka dan mengharamkannya­ surga.” “Seorang bertanya kepada beliau: ‘Walaupun hanya sesuatu yang remeh wahai Rasulullah?’” Beliau menjawab: “Walaupun hanya sepotong kayu siwak”.[1])

Juga dalam sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam :

إِنَّ رِجَالًا يَتَخَوَّضُوْنَ­ فِي مَالِ اللَّهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمْ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

  • “Sesungguhnya banyak orang beraktifitas pada harta Allah dengan tidak benar maka mereka berhak mendapatkan neraka di hari kiamat.”[2])

Inipun dipertegas dengan sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِالْحَرَامِ

“Tidak akan masuk surga tubuh yang diberi makan dengan yang haram.”[3])

  • 4. Usaha yang haram dapat mengakibatkan tidak diterimanya doa dan amal shalih pelakunya.

  • Karena makanan dan minuman yang didapatkan dari usaha haram adalah haram dan makanan haram dapat mengakibatkan doa dan amal shalihnya tidak diterima, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ­، فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيْمٌ، وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ .

  • “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan Allah memerintahkan ke­pada orang-orang Mukmin dengan apa yang diperintahkanny­a kepada para rasul dalam firman-Nya, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. (QS. al-Mukminûn (23) : 51).
  • Dan Ia berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu’ (QS. al-Baqarah (2) : 172).
  • Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut lagi berdebu, ia mengulurkan kedua tangannya ke arah langit sambil berdoa: ‘Ya Rabb, Ya Rabb’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram. Maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!­”[4])

Ø Ibnu Rajab Rahimahullah berkata,
  • “Hadits ini menunjukkan bahwa amalan tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan makan makanan yang halal. Sedangkan makan makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”.[5])

Ø Prof. DR. `Abdurrazâq bin `Abdulmuhsin al ‘Abbâd Hafizhahullâh menjelaskan hadits ini dengan me­nyatakan:
  • ’Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai hadits ini dengan isyarat akan ba­haya­­nya makan barang haram dan hal itu termasuk pencegah dikabulkannya do’a. Dipahami darinya bahwa memperbagus makanan (memakan makanan halal) menjadi salah satu sebab di­kabulkannya do’a, sebagaimana dikatakan Wahb bin Munabbih: ‘Siapa yang ingin dikabulkan do’anya oleh Allah Ta’ala, hendaklah memperbagus makanannya’. Ketika Sa’d bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu ‘Anhu ditanya tentang sebab dikabulkan doa para sahabat Rasulullah, beliau berkata, “Aku tidak mengangkat sesuap makanan pun ke mulutku kecuali aku mengetahui dari mana datang­nya dan dari mana ia keluar”.’[6])
  • Tidak diragukan lagi bahwa makanan dan usaha yang halal menuntut setiap manusia agar sadar dan mengetahui dengan baik setiap muamalah yang dilakukannya, mana yang haram dan mana yang halal serta yang syubhat (tidak jelas).

0 komentar:

Post a Comment